"Raf, kamu nggak kepengen coba satenya? Â Enak lho! Â Sate bebek Cibeber kebanggaan masyarakat Cilegon!" bujuk Ibu.
Raffi melirik ke meja makan. Â Sate bebek yang masih mengepul dengan warna kecoklatan mengusik penciumannya. Â Belum lagi sambal kecap dan sotonya yang tak kalah menggoda.
"Nggak, ah! Â Raffi mau ayam goreng aja!"
Ibu tak menyerah begitu saja. Â Ia pun mengambil satu tusuk sate bebek. Disodorkannya pada Raffi.
"Hmmm, jangan bilang nggak kalau belum coba! Â Jangan ya dek, jangan!"
Ayah dan Kak Nanda tertawa mendengar candaan Ibu.
."Nggak!" ujar Raffi agak kesal. Â Ia sedang tak ingin bercanda.
"Yah, Bu, aku ke belakang dulu!" pamit Kak Nanda.
Ayah dan Ibu mengangguk. Ibu lalu kembali membujuk Raffi.
"Ayo, coba dulu! Â Sedikiiiit aja!"
Dengan ragu, Raffi pun mengambil satu tusuk sate di piring sebelahnya. Â Diciumnya aroma sate kecoklatan itu. Lalu ia pun mengunyahnya pelan-pelan. Raffi merasakan daging bebek yang empuk berpadu rempah-rempahan dalam mulutnya.