"Pandeglang, yuk!" ajak suami yang sudah lama ingin ke pemandian air panas di sana. Gayung pun bersambut.
Memasuki kota Pandeglang, Â kami melihat karangan bunga papan pernikahan berjejer di depan Hotel S Rizky, di jalan utama menuju kota. Â Ternyata hari ini ada acara ngunduh mantu anak bupati Pandeglang yang baru saja menikahi artis cantik, Baby Tsabina.
Setelah puas berenang, kami berencana mengunjungi tempat jajanan yang ramai di medsos. Â Namun, kami tertawa karena ternyata tempatnya di luar ekspektasi.
"Jajan yang udah legend aja lah!" ujar saya.
Kami pun segera menuju kios es Mang Cawa.
Es Mang Cawa, Sang Legendaris
Es Mang Cawa kurang lebih telah berusia 50 tahun. Pemiliknya, Almarhum Mang Cawa, Â berjualan sejak tahun 1972. Sekarang, usahanya dikelola oleh anak-anaknya.
Maka, tak heran jika masyarakat Pandeglang dan kota di sekitarnya familiar dengan es campur yang satu ini.Â
Memiliki 4 cabang di Pandeglang, saya berkunjung ke kedai yang bertempat di Jalan Gunung Karang, Kebon Cau. Tepat depan SMPN 4 Pandeglang.
Meskipun sudah melegenda, Kedai  Es Mang Cawa masih sederhana.  Stannya bercat hijau dengan tempat menyimpan bahan dan peralatan di meja keramik biru.  Beberapa bangku panjang dan meja kayu sebagai tempat pengunjung makan. Di luar kedai dipasang  spanduk kuning menyala.  Â
Dua panci besar berisi bubur kacang hijau dan pacar cina, juga  toples kaca tempat santan dan gula aren, disimpan di atas meja stan.
Penjualnya ada dua orang. Â Mereka cekatan melayani pembeli.
Selalu Ramai Pengunjung
Saat saya berkunjung ke kedai pukul 13.00, suasana sangat ramai. Kursi hampir semua terisi. Begitu pula dengan kedai mie ayam di sampingnya.
Saya yang berencana mewawancarai langsung penjualnya, akhirnya mengurungkan niat. Salah seorang bapak yang melayani tampak mengangguk ketika suami saya minta izin untuk membuat tulisan.
Ia beserta satu bapak lainnya dengan cekatan melayani pesanan pembeli yang makan di sana, maupun minta dibungkus.
Harga yang dibanderol hanya Rp9.000,00 untuk 1 porsi memang tergolong murah. Padahal sudah naik seribu, dari tahun lalu saya berkunjung.
Selain murah, apa lagi rahasianya es Mang Cawa bisa bertahan sampai sekarang?
Dilansir dari akun YouTube Konten Pilihan (Kopi) Berkah Teh Mulyati, salah satu anak Alm. Mang Cawa menuturkan bahwa pesan Almarhum adalah menjaga agar kualitas es tidak berubah dan tanpa pengawet.
Tak heran, jika Es Mang Cawa tetap eksis dan pembelinya silih berganti datang. Meskipun di tengah maraknya minuman kekinian.
Rasa dan Tampilan yang Menggugah Selera
Es ini menggunakan gelas kaca besar bergagang. Gelas yang biasa dipakai untuk teh tawar di tempat makan pada umumnya.
Es Mang Cawa terbuat dari bahan-bahan alami. Dengan santan kental dan gula aren cair asli. Ditambah bubur kacang hijau yang kental, dan pacar cina merah.
Gelas diisi dengan gula aren cair, menyusul pacar cina, dan bubur kacang hijau kental. Terakhir, ditutup dengan es dan santan putih kental  yang penuhnya sampai ke bibir gelas.
Lapisan hitam gula aren, hijau pekat, merah menyala, dan putih dalam gelas, menarik mata dan menggugah selera.
Penjual akan menambahkan sendok dan sedotan besar di gelas. Pembeli bisa menyantapnya dengan cara disendok atau disedot.
Namun, sebelumnya jangan langsung disantap, ya! Biarpun saya termasuk tim makan bubur ayam tidak diaduk, untuk menikmati Es Mang Cawa saya memilih mencampurnya terlebih dahulu.
Memang sih, lapisannya jadi tak tampak lagi, tetapi tergantikan dengan manis yang nge-blend dari bahan-bahan tadi.
Untuk saya pribadi, jika ingin menyantap es ini sampai habis, usahakan dalam kondisi perut yang agak lapar karena isiannya mengenyangkan.
***
Bagaimana, Anda penasaran dengan Es Mang Cawa? Sempatkan mampir jika berkunjung ke Pandeglang dan sekitarnya. Mari dukung selalu UMKM negeri ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H