"Iya, jadi tuh dia kemarin dimarahi alasanku untuk yang ke sekian kalinya!" ujar adik saya dengan berapi-api. Â Semangat sekali dia curhat tentang teman kantornya itu.
"Gimana nggak ngeselin, Kak! Â Dia itu Si Paling Telat Pulang. Â Orang bisa jam 16.00 pulang. Â Eh dia bisa sampe maghrib di kantor. Hampir tiap hari! Â Tapi kerjaan malah lewat deadline! Itu namanya fake productivity!" keluhnya lagi.
Fake productivity. Saya manggut-manggut mendengarnya.
Cukup khawatir juga saya mendengar istilah itu. Bagaimana seseorang bisa terjebak dalam fake productivity? Apakah saya termasuk di dalamnya? Lalu bagaimana mengatasinya?
Kenali Fake Productivity
Terlihat sibuk untuk hal-hal yang bukan menjadi inti dari sebuah pekerjaan. Â Seperti itulah kurang lebih makna fake productivity.Â
Contohnya seperti ilustrasi di atas. Â Seseorang menjadi sibuk atau terlihat sibuk. Â Namun, sibuknya bukan dalam menghasilkan performa kerja terbaik atau menjadi tujuan yang harusnya ia capai. Â Â
Dilansir dari situs ilmu.lpkn.id, ada 3 ciri atau indikator seseorang terjebak dalam fake productivity. Â Mari kita simak!
1. Perfeksionis
Sifat perfeksionis di sini berupa perfeksionis yang mendorong seseorang melakukan hal spesifik yang justru bukan menjadi inti dari sebuah kegiatan
2. Multitasking
Multitasking yang dilakukan seseorang jangka panjang dapat membuat otaknya lebih lelah dan performanya  justru tidak optimal.
3. Memaksakan diri
Memaksakan diri melakukan sesuatu padahal kondisi tidak maksimal sehingga jadilah fake productivity.Â
Disadari atau tidak, berdasarkan tiga indikator tersebut, seseorang pasti pernah mengalami fake productivity. Â
Saya sendiri sering terjebak dalam poin (1) di mana misalnya saat akan membuat tulisan, saya justru terjebak pada "printilan" tulisan tersebut. Â Misalnya memilih gambar yang paling menarik atau berulang-ulang mengedit isi tulisan yang tentu menyita waktu.
Belajar Time Management dari Cinta Laura Kiehl
Siapa yang tidak kenal dengan Cinta Laura Kiehl?  Seorang entertainer, enterpreneur, dan social activist. Cum laude dari dua jurusan sekaligus (Psikologi dan Germany Literature) di Colombia University.Â
Saya menyimak pemaparannya yang cerdas di Youtube MetroTV Kick Andy Goes to Campus bertajuk "Kuliah Dulu atau Kerja Dulu." Saya pun terkesan dengan opininya tentang pendidikan, membangun critical thinking, sampai time management.
Yang terakhir ini menurut saya bisa diaplikasikan untuk mengatasi fake productivity. Mungkin Anda sudah melaksanakannya, tapi tak ada salahnya mengenal time management ala Cinta Laura.  Berikut tipsnya!
1. Gunakan Google Calendar untuk mencatat semua jadwal/kegiatan atau
2. Gunakan buku catatan untuk membuat daftar ceklis daripada di hape
3.  Miliki kalender bulanan untuk mengetahui deadline apa saja yang harus dicapai.  Sehingga saat melihat kalender harian, kita bisa  tahu tiap hari apa saja yang harus dilakukan untuk menuju deadline kita.
Intinya, menurut Cinta, "Tulis semuanya dan gunakan kalendermu."
Schedule-kan hidup kamu, bahkan sampai ke makan-makannya! (Cinta Laura Kiehl)
Mungkin saya atau Anda tidak sepenuhnya cocok dengan tips Cinta tersebut. Â Tetapi setidaknya, kita bisa ambil poinnya untuk mempunyai kebiasaan menulis jadwal, lalu fokus untuk mengerjakannya.
Kuncinya: Sadar
Ya betul, sesimpel itu menurut saya. Sadar.
Sadar dengan apa yang menjadi prioritas kita saat ini. Sadar untuk memberikan hasil  yang terbaik. Termasuk sadar akan kapasitas diri kita.
Dengan kesadaran diri, semoga aktivitas kita tidak terjebak akan fake productivity.  Dengan kesadaran, fake akan menjadi effective productivity.
***
Nah, itu tadi ulasan saya tentang fake productivity. Semoga bisa menjadi pengingat untuk saya pribadi dan pembaca Kompasiana tercinta!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI