Makan pagi bersama tetapi tergesa-gesa. Makan siang di tempat masing-masing. Semoga makan malam bisa menjadi sarana bisa kumpul dan komunikasi keluarga.
Sebagai guru di sekolah full day, otomatis saya menikmati makan siang bersama siswa di kelas Senin sampai Jumat.
Dan sebagai "keluarga" di kelas, kesempatan ini kami lakukan layaknya keluarga yang makan bersama. Kami lakukan  rutinitas makan mulai dari mencuci tangan, berdoa.  Lalu berkumpul bersama untuk makan.  Terakhir ditutup doa sesudah makan.
Dalam beberapa kesempatan sebelum waktu makan, saya pernah mengajak siswa untuk mencoba merenung. memperhatikan isi kotak makan masing-masing. Â Iya, kotak makan. Â Karena kami makan bekal dari rumah atau katering berupa makanan dalam wadah kotak.
"Coba perhatikan isi kotak makan kita. Ada ikan, ayam, nasi, sayuran, dan buah. Mereka tidak berasal dari satu tempat. Banyak di antara mereka berasal dari tempat yang jauh dari kota kita.
Contoh, nasi diolah dari beras yang didatangkan dari Cianjur. Â Ikan dari Pangandaran. Â Jeruk dari Medan. Belum lagi bumbu-bumbu dapurnya.Â
Dibawa para penjual menempuh ratusan kilo sampai ke pasar kota kita. Lalu dibawa tukang sayur, sampai akhirnya diolah di dapur dan menjadi makanan yang kita santap.
Ada proses yang panjang sampai akhirnya mereka berkumpul dan bertemu di kotak makan kita.
Nah, itulah salah satu bentuk kasih sayang Allah. Allah berikan rezeki kepada orang tua kita agar dapat menyiapkan makan siang kita. Â Sebagai rasa syukur, nikmati makanan kita sampai habis."
Saya tahu, tidak semua siswa tersebut memahami maksud ucapan saya. Tetapi saya yakin di antara mereka ada yang mengingatnya, dan suatu hari memahaminya.
Setidaknya ini mengingatkan saya pribadi untuk makan dengan penuh kesadaran.  Mindful eating. Belajar menikmati makanan tanpa diselingi scroll hape atau menatap laptop.