Orang tua sebaiknya lebih peduli pada kemampuan anak, daripada nilai. Â Pastikan anak bahagia. Â Jika ia bahagia, maka dia bisa mengekspresikan semua kekuatan di dirinya sesulit apapun kontennya. Â Dia akan berusaha karena dia berusaha. Â Kebahagiaan akan menciptakan kecerdasan. Â Jadi, bahagia dulu, baru cerdas.Â
Mengapa anak suka main game? Â Jawabannya karena game berisi tantangan. Â Anak-anak suka tantangan. Â Ketika anak bahagia, ia akan senang menikmati tantangan dan tidak terbebani oleh pembelajaran.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, pemerintah lebih menekankan pada munculnya komunitas-komunitas belajar di masing-masing satuan pembelajaran di daerah. Â Hal ini dilengkapi dengan adanya Platform Merdeka Mengajar.
Dalam upayanya ini, pemerintah berharap implementasi Kurikulum Merdeka dapat memerdekakan semua pihak.Â
Untuk itu guru diharapkan dapat merdeka dengan segala kreativitasnya  dalam mengembangkan pembelajaran sesuai kebutuhan anak.  Guru harus mampu memberikan pelayanan sepenuhnya kepada anak sesuai apa yang dibutuhkan anak sehingga anak memiliki ruang seluas-luasnya untuk mengenali potensi diri dan jati dirinya sejak dini.
Dunia pendidikan merupakan dunia anak. Â Ikhlaskan hati guru untuk masuk ke dalam dunia anak yang sekarang.Â
Guru dan murid merupakan 2 sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Â Agar dapat menjadi sahabat siswa, guru harus ikhlas dalam mendidik. Â Munculkan kesadaran bahwa anak didik itu Tuhan hadirkan sebagai jalan kita untuk melipatgandakan amal ibadah kita. Â Guru merupakan profesi sekaligus ladang amal.
Jadi, mari sentuh hati anak-anak kita, agar kita punya tempat di hati mereka. Â Jadikan mereka anak-anak bahagia, karena bahagia itu mencerdaskan.
Selamat berkreativitas dalam mengajar dan mendidik sepenuh hati untuk melejitkan potensi anak dengan Kurikulum Merdeka!Â
(Sumber: Siniar Sapa Pendidikan Indonesia "Kurikulum Merdeka: Relevan, Medalam, dan Menyenangkan")