Mohon tunggu...
Silvie Mariana
Silvie Mariana Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Penulis buku 30 Suplemen Menulis untuk Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merilis Emosi lewat Puisi

6 Agustus 2023   04:34 Diperbarui: 6 Agustus 2023   08:26 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KBMN PGRI Gel.29 Menulis Puisi, Narasumber Dr. Hj. E. Nurhasanah, M.Pd.

 

 /"Puisi adalah kumpulan kegembiraan, rasa sakit dan keajaiban, dengan sedikit kamus." - Khalil Gibran/

Siapa yang tak kenal dengan puisi?  Setidaknya kita mengenalnya saat belajar di bangku sekolah. 

Karena dipelajari di sekolah, bisa dikatakan bahwa semua orang bisa membuat puisi. Kita dapat merilis emosi atau perasaan melalui puisi. Namun, tak jarang ada orang yang enggan mengeluarkannya lewat puisi.

Untuk hal ini, mugkin kita bisa belajar pada sosok berikut. Pada 2 Agustus 2023, KBMN PGRI Gelombang ke-29 menghadirkan Ibu Dr. Hj. E. Hasanah, M.Pd.  Bersama beliau, peserta berselancar mengingat tentang puisi dan praktik menulisnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi adalah 1 ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2 gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak;

Dalam puisi, kita mengenal ada 5 jenis sajak.  Mari kita bahas satu per satu.

Pertama, puisi bebas.  Puisi ini tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik. Kedua, puisi berpola.  Puisi ini mencakupi jenis sajak yang susunan lariknya berupa bentuk geometris, seperti belah ketupat, jajaran genjang, bulat telur, tanda tanya, tanda seru, ataupun bentuk lain.Nomor 3, puisi dramatik.  Puisi ini memiliki persyaratan dramatik yang menekankan tikaian emosional atau situasi yang tegang.  Keempat, puisi lama.  Ini merupakan puisi yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat, seperti pantun, gurindam, syair, mantra, dan bidal.  Terakhir, ada puisi mbeling.  Sajak ringan yang bertujuan  membebaskan rasa tertekan, gelisah, dan tegang.  Atau disebut juga sajak main-main.

H.B Jasin mengatakan bahwa puisi merupakan karya sastra yang diucapkan dengan perasaan.  Dalam menyampaikan gagasannya, seorang penulis harus memperhatikan struktur fisik puisi, yang mencakup bentuk (baris- bait), diksi (pemilihan kata indah dan memiliki kekuatan makna), majas (bahasa kiasan untuk mengungkapkan isi hati penyair), dan rima (persamaan bunyi di baris akhir untuk memunculkan keindahan bunyi).

Kita tentu mengenal beberapa jenis puisi lama.  Puisi disebut puisi lama jika ia memiliki ciri-ciri (1) berisi puisi rakyat dan tidak ada nama pengarangnya, (2) disampaikan dari mulut ke mulut atau yang disebut sastra lisan, dan (3) berisi cerita kerajaan, fantastis, dan istana sentris.

Puisi lama memiliki beberapa jenis.  Sebut saja, ada mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun.

Selain puisi lama, ada puisi baru.  Puisi baru memiliki ciri-ciri nama pengarang yang jelas, disajikan secara lisan maupun tertulis, serta tidak terikat aturan rima, jumlah baris, dan suku kata.

Mari kita simak sebuah puisi indah yang kita kenal baik.  "Sajadah Panjang," sebuah puisi yang dapat menjadi pengingat kita untuk berefleksi sebagai hamba Allah. 

Sajadah Panjang

Taufiq Ismail

Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya

***

Setiap orang dapat menulis puisi.  Untuk para pemula, Ibu E. Hasanah memberikan motivasi untuk jangan pernah ragu dalam menulis puisi karena setiap orang dapat menulis puisi berdasarkan emosi pribadi.

Jadi, mari mulai merilis emosi lewat puisi. Selamat berselancar dengan imajinasi dan kata-kata lewat puisi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun