Mohon tunggu...
Silvie Mariana
Silvie Mariana Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Penulis buku 30 Suplemen Menulis untuk Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dialog Sibling, Cerpen Resume Materi Proofreading

22 Juli 2023   19:46 Diperbarui: 22 Juli 2023   19:48 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kakak sedang apa?" tanya Nina dari balik pintu.

Siswa kelas 8 SMP itu masuk ke kamarku.

Aku yang sedang merenung di depan laptop langsung menatapnya.

"Ini, Kakak sedang membuat resume tentang proofreading.  Tugas kelas menulis Kakak!" jawabku.

Nina mengernyitkan dahinya.

"Proof-rea-ding?  Apa itu Kak?"

Aku berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaannya.

"Proofreading bisa diartikan mengoreksi tulisan kita dengan membaca ulang kembali.   Lengkapnya kegiatan mengoreksi kekeliruan dalam tulisan secara teliti sebelum dipublikasikan."

"Ooh begitu.  Untuk apa, Kak?" tanyanya lagi.

Aku menatapnya.  Tumben Si Bungsu ini tertarik pada aktivitasku.

"Proofreading itu penting, Nin.  Seorang penulis perlu melakukan proofreading untuk mengetahui ada tidak kesalahan dalam tulisannya.  Ia perlu memastikan tulisannya sudah benar atau belum sebelum dipublikasikan ke pembaca." 

Nina menganguk-angguk. 

"Apa saja yang dikoreksi, Kak?"  Rupanya ia mulai penasaran.

Aku tersenyum.  Lalu kutarik lembut tangan Nina agar berdiri di sebelahku.

"Nih, lihat!  Ada salah ketik di tulisan Kakak.  Ini perlu dikoreksi!"  kataku.  Kutunjukkan tulisanku yang saltik di laptop padanya."

Nina memicingkan matanya.

"Oh iya, Kak.  Selain saltik, penggunaan tanda baca yang ini juga perlu diperbaiki," ujarnya menunjuk bagian lain tulisanku.

Wah, cerdas juga dia, pikirku.

"Betul, Nin! Kesalahan yang dikoreksi dalam proofreading di antaranya saltik, ejaan, penggunaan tanda baca, konsistensi kita dalam penggunaan nama atau istilah, dan logika dari tulisan kita."

"Selain itu, usahakan pakai kalimat yang pendek dalam tulisan kita.  Ini berfungsi supaya gagasan kita sampai ke pembaca dengan baik.  Juga membuat pembaca tidak lelah membaca tulisan kita," tambahku.

Nina mengambil biskuit di toples di meja kerjaku. 

"Oooh, jadi..., proof... proof apa, Kak?' katanya sambil berpikir.

"Proofreding!" jawabku sambil tergelak.

"oh iya, ya, itu!  Proofreading itu berarti dilakukan setelah tulisan kita selesai, dong?" tanyanya.

Kuacungkan jempol padanya.

"Benar!  Proofreading dilakukan setelah kita selesai menulis.  Sekali lagi, hal ini perlu dilakukan untuk mencari kesalahan atau memeriksa tulisan tersebut apakah sudah benar dan layak untuk dipublikasikan."

"Supaya proses proofreading optimal, jangan mengoreksi tulisan pada saat menulis atau sebelum tulisan diselesaikan.  Untuk penulisan yang lebih serius seperti penerbitan buku, kita bisa melakukan proofreading  dengan bantuan professional," tambahku.

Nina kembali manggut-manggut sambil mengunyah biskuit.

"Kalau ingin proofreading naskah sendiri, bisa, Kak?   Kakak sering melakukannya, kan?" tembaknya.

Aku mengangguk. 

"Betul. Untuk melakukan proofreading atau self editing, pertama kita bisa netralkan perasaan terhadap tulisan sendiri.  Lalu diamkan naskah beberapa waktu, tergantung waktu deadlinenya.  Baca seluruh naskah yang sudah ditulis sebelum mengedit agar tidak salah asumsi.  Lanjutkan dengan memeriksa saltik (tipo), istilah, EYD, struktur, dan kelogisan.  Kita juga bisa memeriksa dengan membaca sambil bersuara untuk merasakan tulisan kita apakah telah enak dan mengalir."

Nina tertawa. "Wah pantes Kakak suka ngomong sendiri kalau lagi ngetik.  Kakak sedang proofreading, ya!" terkanya."

Aku tergelak sambil memainkan rambutnya yang mulai panjang. 

"Ngomong-ngomong, tumben kamu kepo sama aktivitas Kakak?" tanyaku penasaran.

Nina tertawa lebar.  "Nggg.... iya nih.  Kebetulan aku dapat tugas membuat laporan dari Pak Guru.  Kakak bantu proofreading, ya!  Kakak kan profesional.  Bisa kan?" pintanya dengan suara manja.

Tak hanya itu.  Nina merayu sambil mengerjap-ngerjapkan mata besarnya.

Aku tertawa lagi. Anak ini, selalu seperti itu kalau ada maunya.  Tetapi kalau sudah begitu, mana bisa aku menolak permintaannya?

(Sumber: Materi "Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan" oleh Susanto S,Pd. Dalam workshop KBMN PGRI Gelombang ke-29, 21 Juli 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun