Mohon tunggu...
SILVIATUR ROCHMAH
SILVIATUR ROCHMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumber Daya Modal dan Kredit dalam Mendukung Proses Produksi Pertanian Terutama Pertanian Rakyat

9 Mei 2022   22:40 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:07 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan petani untuk mengakses permodalan dan kredit ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Terbatasnya permodalan mempengaruhi jumlah input yang digunakan oleh petani sehingga hasil produksi tidak maksimal. Pada dasarnya fungsi permodalan atau kredit adalah untuk pemenuhan jasa terhadap kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup, pada sektor pertanian permodalan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan agribisnis mulai dari penyediaan input berupa pupuk bermutu, bibit bersertifikat, dan obat, mendukung kegiatan usahatani untuk biaya tenaga kerja maupun alsintan, proses pengolahan hasil atau agroindustri dan pemasaran dimana ada tahap agroindsutri ini dibutuhkan modal lebih untuk dapat meningkatkan nilai tambah pada produk. Berbicara masalah permodalan pada sektor pertanian tidak lepas dari masalah kredit, karena kredit tidak lain adalah modal pertanian yang diperoleh dari pinjaman (Mubyarto, 1997). Dengan adanya kredit diharapkan mampu meringankan beban petani yang berada dibawah garis kemiskinan dalam hal mengembalikan modal. Hingga saat ini, pemerintah terus berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan menyediakan dan mengembangkan jasa-jasa permodalan dan kredit, namun tidak semua petani mau mengakses jasa permodalan tersebut, berikut beberapa alasan petani terutama pertanian rakyat hanya mengandalkan modal milik pribadi: 

1). Modal milik pribadi sudah cukup untuk menunjang kegiatan usahatani Hal ini sering terjadi pada petani yang memiliki luas lahan sempit atau pertanian mikro, lahan yang sempit tidak memerlukan bibit, pupuk dan input lainnya terlalu banyak selain itu dapat menekan biaya upah tenaga kerja karena dapat digarap sendiri atau oleh keluarga namun keuntungannya pun tidak banyak,cukup sebagai modal usahatani selanjutnya. 

2). Tidak mengetahui prosedur peminjaman kredit Terbatasnya akses maupun informasi mengenai peminjaman kredit membuat petani berfikir ulang untuk melakukan pinjaman kredit, terutama petani pedesaan yang didominasi oleh petani usia non produktif dimana mereka terbatas akan pendidikan dan informasi terbaru. Maka dibutuhkan bantuan dari lembaga penunjang seperti penyuluh untuk mendampingi petani dalam hal peminjaman modal

Adanya sosialisasi pinjaman modal dapat membantu petani dalam memperoleh informasi mengenai pinjaman modal. Gambar diatas merupakan salah satu bentuk kegiatan sosialisasi pinjaman modal petani dalam program sekolah lapang pertanian didesa Gayam tahun 2018 lalu. 

3). Prosedur peminjaman sulit Sulitnya syarat administrasi untuk dapat melakukan peminjaman membuat sebagian besar petani tidak dapat menjadi nasabah untuk mendapatkan modal tersebut. Biasanya pihak pemberi modal memberikan banyak persyaratan kepada peminjam agar terjamin dan kredit tidak macet. 

4). Bunga pinjaman tinggi Produk pertanian merupakan produk yang dapat menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu lama seperti padi membutuhkan waktu 3-4 bulan untuk dapat dipasarkan, selain itu adanya fluktuasi harga yang tidak bisa menjamin bahwa produk pertanian tersebut akan mendapatkan harga tinggi kemudian produk pertanian seperti hortikultura merupakan jenis tanaman yang mudah busuk sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk menjamin kualitas. Hal ini membuat para petani ragu untuk mengakses pinjaman karena keuntungan yang didapat tidak terjamin setiap waktunya. Peminjaman modal yang harusnya memberikan kemudahan akibat adanya bunga kredit yang tinggi para petani kadang tidak dapat merasakan keuntungannya karena keuntungan tersebut digunakan untuk mengembalikkan pinjaman modal. 

Pemerintah terus berupaya untuk membantu petani dalam melakukan pinjaman modal untuk menunjang usahataninya agar kebutuhan pangan masyarakat tetap terpenuhi dan dapat meningkatkan taraf hidup petani terutama petani pelaku pertanian skala mikro. Terdapat beberapa lembaga sumber permodalan di Indonesia yang dapat diakses oleh petani : 

1. Kredit non-program Merupakan jenis kredit yang pengajuannya menggunakan mekanisme pasar. Lembaga yang menerapkan kredit ini adalah Bank Pengkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum, Pegadaian, dan Koperasi Simpan Pinjam. 

2. Kredit program Kredit ini merupakan kredit bersubsidi dari pemerintah. Untuk sektor pertanian seperti Kredit Bimas, KUT, KKP-E3, Skema Program terkini untuk usaha mikro kecil (UMK) adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) 

3. Permodalan non formal Petani juga bisa mendapatkan pinjaman modal dari lembaga non-formal seperti Pelepas Uang, Tengkulak, Kios Sarana Produksi tempat tinggal sekitar, Rentenir, Pinjaman Online dan Pinjaman kepada sesama petani. Namun opsi ini tidak menjamin kesejahteraan petani akibat beberapa kelemahan dari jenis permodalan non-formal tersebut 

Dari beberapa sumber permodalan diatas tentu terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan para petani dalam mengambil keputusan pinjaman modal disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun