Seharusnya aku menyadari kalau mawar ini berduri jika kubiarkan tumbuh di hati, tapi itu pilihanku. Kuambil resiko mencintaimu, memilihmu menjadi seseorang yang kudamba membimbingku untuk melangkah di jalan-Nya. Dan duri kini menancap tajam, merobek, memang tak berdarah, hanya membekaskan luka. Tapi aku bersyukur Allah mengizinkan aku merasakan luka ini, merasakan perih ini. Karena dengan itu, sekarang aku mengerti tentang rasa yang sama sekali tak pernah terjamah, tak pernah terlihat karena sebuah pilihan, aku memilih memendam rasa ini tak ingin lagi kamu yang kucinta tahu apa yang ada di hatiku, seperti mereka yang lalu. Aku tak pernah menyalahkanmu akan luka ini, karena kamu memang laki-laki yang baik, hanya aku yang mungkin telah salah mengartikannya.
WEHEHEHEUUU.. MELANKOLIS NIH AH!!
Tapi aku yakin semua ini adalah takdir dari-Nya. Kujadikan semua ini pembelajaranku mengenal sebuah kehidupan di mana Dia bisa menjadikan hati hamba-Nya mencintai kapanpun, pada siapapun.
Mengenalmu, banyak memberikan perubahan dalam hidupku, terutama dalam kriteria lelaki yang nantinya menjadi pendamping hidupku. Aku sekarang menanti laki-laki lulusan SMP (Soleh, Mapan, Pintar) untuk menjadi jodohku, pembimbingku kelak, suatu saat nanti. Mungkin saja itu kamu yang kudamba *masih saja berharap*. Kalaupun itu bukan kamu, aku yakin dan percaya siapa pun dia, dia adalah pilihan Allah yang terbaik untukku.
AMIIIIIIN....!!! (^_^)
Depok, 21 Februari 2011. 11:05 PM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H