Assalamualaikum wr wb
Halo semua, pada artikel kali ini saya akan menceritakan sosok inspiratif, yakni guru ngaji di kampung halaman saya.
Sosok seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa bagi setiap orang, beliau mengajar dan mendidik murid muridnya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Pekerjaan yang sungguh mulia, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Mereka rela menyita waktunya untuk mendidik ilmu agama kepada santrinya, dengan harapan kelak, ilmu tersebut dapat menjadi sebuah pondasi yang bisa digunakan sebagai pedoman hidupnya sehingga mampu menuntunnya kepada jalan kebaikan bagi diri pribadi, keluarga, agama dan bangsa.
Alhamdulillah, lebaran kali ini saya masih diberi kesempatan untuk sowan ke guru ngaji semasa kecil saya, setelah tidak pernah bertemu semasa saya smp hingga kuliah, karena lokasinya yang cuku jauh dari tempat tinggal saya. Suatu kebahagiaan bagi saya bisa bertemu beliau kembali.
Saya mulai belajar mengaji pertama saat duduk dibangku TK, waktu itu ibuku mendaftarkan saya mengaji di TPQ Manarul Huda yang berlokasi di kedung kwali Mojokerto. Guru mengaji saya bernama Ustazah Kamilatud Diniyah dan Ustad Moh. Zainuri, beliau sepasang suami istri yang mendirikan Tpq untuk mengaji anak-anak. Beliau merintis Tpq mulai dari nol hingga dapat berkembang seperti saat ini.
Beliau lulusan dari pondok Tambak Beras Jombang, setelah lulus beliau melanjutkan studi di UIN Sunan Ampel Surabaya jurusan ilmu Al-Quran dan Tafsir. Beliau bercerita semenjak kecil beliau suka sekali dengan membaca Al-Quran dan senang mempelajarinya.
"Belajar Al-Quran itu harus sungguh-sungguh agar ilmunya barokah, karena berdasarkan hadist Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya."
Saat remaja, beliau sering mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran atau MTQ dan sering mendapatkan juara, karena ketekunan beliau hingga saat ini dalam mempelajari Al-Quran beliu selalu diberi amanah oleh pemerintah kota Mojokerto untuk mengurusi setiap kali akan diadakan Musabaqah Tilawatil Quran atau MTQ.
Selain itu pada saat remaja beliau mengajarkan ilmu Al-Quran dengan mengabdi kepada pesantren atau ndalem bunyai pada saat mondok dahulu. Setelah beliau merasa sudah memiliki ilmu yang cukup dan biaya untuk mendirikan Tpq, akhirnya beliau mendirikan sendiri di kedungkwali. Beliau ingin ilmunya dapat diajarkan kepada santri santrinya. Awal mendirikan Tpq beliau tidak meminta imbalan kepada muridnya, akhirnya anak-anak dikampung senang belajar mengaji kepada beliau.
Banyak hal yang harus disiapkan untuk membuka Taman pendidikan al-quran, beliau mengikuti sertifikasi asatidz dan asatidzah tilawati quran untuk mengantongi izin mengajar. Lokasi yang akan digunakan sebagai tpq awalnya berada dirumahnya saja, hingga akhirnya bisa mendirikan bangunan di belakang rumahnya untuk digunakan TPQ.
Saat saya mengaji di TPQ Manarul Huda, menurut saya sangat berkesan. Banyak sekali program inovatif, mulai dari belajar membaca al quran yang dasar, praktek sholat, mengaji kitab, qiroah, dan lain lain. Apalagi dahulu bersama teman teman semasa kecil saya. Saat duduk berusia SD, saya sering diikutkan lomba dai cilik dan mtq, alhamdulillah saya bisa mendapatkan juara. namun saat mengaji dibeliau saya hanya ampai kelas 6 MI saja, karena saat duduk di bangku SMP saya pulang sekolah pada jam 4 Sore, sehingga tidak bisa mengikuti mengaji.
Setiap hari jumlah santri yang mengaji di TPQ Manarul Huda semakin banyak, sehingga ustad Zainuri dan Ustazah Kamila tidak mampu untuk menghandlenya, sehingga diperlukan ustazah tambahan. Beliau merekrut santrinya untuk menjadi ustazah dan memberikan sertifikasi tilawati. Untuk membangun pengembangan TPQ dan menggaji ustazah tambahan, mau tidak mau diadakan infaq bagi santri. Seingat saya dulu bayarnya sangat murah sekali hanya 5000 rupiah perbulannya.
Selain membuka TPQ beliau juga membuka program kelas tahfidz weekend bagi anak anak, hal ini memberikan peluang bagi orang tua yang ingin anaknya memiliki hafalan Al-Quran, ternyata antusias para orang tua sangat banyak, beliau sangat bersyukur bisa menjalankan program tahfidz. Beliau juga orang yang sangat tekun, karena ketekunan beliau semakin hari santri tahfidz weekend ini semakin banyak. beliau berharap dari dibukanya program tahfidz ini suatu saat beliau bisa mendirikan pondok pesantren, beliau juga ingin mencetak generasi hebat yang bisa membaca al-quran dengan bagus dan bisa mengamalkannya. Program tahfidz weekend diadakan setiap hari sabtu dan minggu dengan menginap dirumah beliau.
Tabarakallah, setelah ketekunan beliau dan tekad beliau yang kuat selama kurang lebih dua tahun mendirikan program tahfidz, allah mengijabahi doa mereka untuk bisa membuka pondok pesantren. Meskipun pondok pesantren  saat ini masih memiliki santri sedikit, beliau tetap menekuninya, dan berusaha memberikan yang terbaik dalam mengajari membaca al-quran.
Perjuangan mereka sungguh luar biasa, ketekunan dan kegigihan beliau dalam mengajar al quran perlu dicontoh, dari yang awalnya hanya beberapa santri, hingga sekarang memiliki ratusan bahkan ribuan santri. Dari yang awalnya hanya di ruang tamu rumah beliau, beliau bisa membeli tanah dan bangunan untuk dibangun TPQ dan pondok pesantren. Saya bangga bisa menjadi santri beliau, dari semula saya buta huruf al-quran hingga saya bisa membaca al-quran. Saya berdoa semoga guru guru saya diberikan umur barokah dan rezeki yang melimpah. Aamiin.
Seorang guru tidak akan meminta imbalan kepada muridnya, cukup dengan memberikan rasa hormat dan bersikap sopan kepada beliau, hal itu sudah sangat membahagiakan hati seorang guru, dan beliau akan merasa lebih di hargai dan dihormati atas keberadaannya. Menurut saya seorang guru adalah motivator favorit saya setelah ayah dan ibu saya. Nasehat baik dari beliau selalu dikatakan olehnya, beliau berharap nasihat dari mereka bisa dijadikan jembatan menuju kesuksesan bagi murid-muridnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H