"Ya tak pedulilah aku kepedean atau memang itu benar adanya, namun mas setelah kau melimpir ke penjuru dunia, aku yang selama ini berjalan tanpamu, melewati hari tanpamu, membuatku semakin sadar akan satu hal.Â
Ada seseorang yang mendo'akanmu dengan tulusnya, ada yang mencintaimu dalam diamnya. Stop! Bukan ibumu, aku tau kau pasti akan menjawab ibumu. Bukan. Dia sama sepertiku, wanita yang mengagumimu." Fokusnya berubah sekarang, dia menunduk sambil meremas-remas pasir pantai.
"Kamu ngomong apa sih dek? Pernah kita bahas kan sebelumnya? Wanita yang sama pula kan? Yang kau bilang dia lebih dulu mencintaiku daripadamu? Aku tahu dia siapa dek, memang aku mengenalnya lebih dulu daripadamu. Namun jika hati ini jatuh ke kamu, aku bisa apa? Dek aku rasa kamu hanya mencari alasan untuk sebenarnya ingin kau katakan kau lelah menjalani ini bukan?
"Mas stop! Bukan itu! Harus kah aku katakan beribu kali kalau aku menyayangimu? Harus seperti itu? Tak kan? Aku bertahan selama ini untuk apa? Aku bersikap seolah tak ada hubungan apa-apa denganmu, untuk apa? Untuk bertahan mas, untuk aku tunjukkan aku menyayangimu.Â
Namun aku ingin kau membuka mata mas, bukan hanya aku dan ibumu wanita yang menyebutmu dalam setiap do'a dan sujud. Namun dia, yang mungkin lebih sering berdo'a untukmu, mas."
Butiran air mata telah ada di pipinya setelah dia meninggikan suaranya beberapa oktaf di awal. Aku tak kuasa melihatnya seperti ini, ada yang ia sembunyikan dari semua perkataannya. Apa dia dilabrak oleh wanita-wanita itu? Lagi? Sampai seakan dia menyerah seperti ini? Rasanya tidak. Dia bukan wanita lemah seperti itu. Lalu apa?
"Ini mas, aku menemukannya di loker sekret organisasi kita. Sepertinya milik dia yang sengaja diletakannya pada loker divisiku. Entah siapa yang melakukannya. Tapi aku yakin ini sebuah kesengajaan untuk membuatmu sadar atas kebutaan cintamu padaku." Dia menyerahkan sepucuk surat pink dengan lukis hati diluarnya.
"Jadi hanya karena ini kau seakan mundur dariku. dek?"
"Baca dulu saja mas, aku menerima segala keputusanmu."
Untuk Kak Fathir Samudera. Kak pergi-pergian terus sih, melimpir kesana-kesini, kehatikunya kapan ya kak? Chatku pun tak kunjung kau balas. Hm apa kau telah dibutakan oleh cintanya? Hingga do'aku tak mampu menggetarkan hatimu? Kak aku menyayangimu lebih tulus daripada ia menyayangimu, sadarlah kak.
Tertanda,