Mohon tunggu...
Silviana Eka Dewi Hapsari
Silviana Eka Dewi Hapsari Mohon Tunggu... Guru - Guru Sosiologi

Berusaha yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Literasi Panjat Diri

7 November 2017   06:10 Diperbarui: 7 November 2017   08:43 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh,

Tak pernah aku membenci malam nan gulita.

Walau selalu malam yang membunuh senja.

Walau selalu malam yang membutakan rasa.

Romansa diciptakan senja.

Semakin menjadi saat malam tiba.

Bersimpuh lalu berdo'a.

Mengingat dari datang fajar sampai senja.

Detik-detik penggores dosa.

Kemunafikan diri sebagai duri.

Mengucap pembelaan, hanya janji.

Padahal mereka, tapi telah ku ucap kami.

Bahasa membunuh nurani.

Literasi hanya media panjat diri.

Agar dilabeli peduli.

Padahal sabodo teuing yang di bui.

HAHA

Tertawa terbahak,

Lalu mati tersedak.

Lupa, menulis adalah kejujuran.

Dengan mudah aku mengumbar kemunafikan.

Orang percaya? Tentu, karna aku terpercaya.

Tulis, tulis, tulis dan enyahlah data.

HAHA

Sumpah! Bukan aku yang tertawa.

Oh, Tuhan tertawa disinggahsananya.

Betapa goyah hambanya,

Hanya karna harta atau bahkan sekedar nama.

Lupa orientasi hidup bukan manusia.

Terbisik,

Berubah walau tertatih.

Jujur walau pedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun