BAB I
(Si kecil dorojatun)
Kaki kecilnya mulai melangkah, berjalan menyusuri lorong keraton dengan berat hati. Matanya tak kuasa menahan bendungan air mata. Tangannya masih di genggam oleh sang ibu, berbeda dengan sang ayah yang dengan lebih dulu memimpin dan terus berjalan ke arah pintu gerbang keraton, Diikuti sang abdi dalem yang membawa barang bawaan kepunyaannya.
Sang ayah merendahkan tubuhnya dan menumpukan beban di kedua lutut, tangannya terulur mengusap bahu dorojatun.
“dengar ngger, Jika kamu ingin menjadi pemimpin yang hebat. Kamu harus siap menjadi orang yang mandiri”
“nggeh Rama, tapi doro ingin tetap tinggal disini” ucap dorojatun seraya menahan tangis.
“mulai hari ini doro akan tinggal dengan keluarga murdel”
Sang ayah hanya tersenyum, tak ada yang bisa mengubah keputusannya. Pria kecil yang merupakan anaknya itu harus menerima dengan lapang dada apa yang diperintahkan ayahnya. Kemudian, terdengar suara kereta kuda mulai mendekat. Barang bawaan dinaikkan ke atas kereta, diikuti oleh sang abdi dalem dan pria kecil, yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini.
Namanya, Gusti Raden Mas Dorojatun. Anak kesembilan Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dari istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah. Dilahirkan di sebuah keraton bukan hal yang mudah bagi dirinya, ia di didik sedari kecil untuk hidup mandiri. Dititipkan di salah satu pasangan belanda, Keluarga murdel namanya. Seorang kepala sekolah ternama Neutrale Hollands Javanesche Jongen School.
Kereta andong berdenyit, mengisyaratkan telah sampai pada tujuan. Dorojatun disambut dengan baik oleh keluarga murdel.
“welkom Dorojatun, senang bisa bertemu denganmu” sambut hangat dari murdel.