Mohon tunggu...
Silvester Deniharsidi
Silvester Deniharsidi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Labuan Bajo

Tertarik pada isu-isu sosial

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kapankah Budaya Demokrasi Terjadi di Indonesia?

28 Januari 2024   13:59 Diperbarui: 28 Januari 2024   14:00 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika anak generasi demokrasi ini mengungkapkan pendapatnya kepada orangtuanya yang pra demokrasi, masih mengalami sedikit tantangan. Orangtua pra demokrasi, masih mengajarkan anak generasi demokrasi itu, untuk tidak boleh berbicara lantang atau mengkritis kepada orang yang lebih tua. Masih ada nasehat untuk mengungkapkan pendapat dengan melihat umur dan kedudukan dengan siapa kita bicara.

Terkadang, orangtua pra demokrasi masih terbelenggu dengan tradisi lamanya ketika menghadapi anak generasi demokrasi yang sudah hidup dengan tradisi barunya. Pendidikan etika dalam keluarga adalah hal yang sangat penting, tetapi jika tidak ditempatkan dalam kondisi yang sesuai dengan konteksnya, pendidikan etika itu, secara tidak sadar malah membuat pertentangan dengan konteks yang dihadapi.

Nasehat untuk tidak boleh mengkritisi apalagi menentang pendapat seseorang karena faktor usia adalah contoh pengajaran etika yang sedikit kurang cocok, khususnya dalam aspek mengungkapkan pendapat. Berbeda dengan anak generasi demokrasi yang menganggap, mengungkapkan pendapat itu sudah menjadi haknya termasuk mengkritisi bahkan berbeda pendapat sekali pun.

Dalam hal-hal tertentu, etika memberi rasa hormat dan menghargai pendapat diajarkan oleh orantua pra demokrasi, dengan menghalangi sikap kritis anak generasi demokrasi, yang kemudian dipandang sebagai larangan untuk mengungkapkan pendapat. Bahkan anak generai demokrasi, dalam berdemokrasi, masih mengalami agar mengikuti garis pilihan orantuanya atau orang dewasa yang ada di sekitarnya. Anak generasi demokrai yang ada saat ini, yang baru berusia dua puluh lima tahun, masih hidup dalam transisi seperti itu. Mereka masih menghadapi banyak rintangan.

Anak-anak generasi demokrasi saat ini, walaupun mereka belum duduk di dalam sistem berdemokrasi seperti bergabung di dalam partai politik atau menduduki jabatan tertentu, tetapi mereka sudah mulai mengalami hidup dalam ruang lingkung demokrasi sejak mereka lahir, yang akan berpengaruh besar dalam membentuk karakter mereka, walaupun pada sisi yang lain, mereka masih mengalami berbagai hambatan dan tantangan.

Kompisis pra dan pasca eformasi dalam sistem kekuasaan demokrasi saat ini 

Kalau kita mengamati dalam konteks yang lebih luas, dalam demokrasi di Indonesia, komposisi pra dan pasca reformasi ini masih sangat jelas terlihat. Elit-elit politik kita yang duduk di institusi demokrasi; partai politik dan kekuasaan masih didominasi oleh orang-orang pra demokrasi.

Lihat saja, pengurus elit partai politik masih didominasi oleh orang lama yang pernah hidup di jaman kurangnya berpartisipasi dalam politik. Mereka ini memiliki dua karakter yakni yang dulunya menolak perubahan atau mempertahankan status quo dan yang menghendaki adanya perubahan atau yang mendukung reformasi menuju demokrasi.

Tetapi perbedaan itu sekarang sudah tidak jelas. Ketika kedua karakter ini dihadapkan pada kekuasaan, baik orang yang mendukung status quo maupun yang mendukung perubahan karakternya hampir sama yakni mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan selalu membuat seseorang untuk mempertahankannya karena orang takut akan kehilangan keuntungannya.

Contoh yang terlihat adalah kepemimpinan dalam partai politik. Masih banyak pemimpin partai politik yang dipimpin oleh orang-orang itu saja, yang sudah beberapa periode mengendalikan partai tersebut. Padahal mereka dulu berjuang untuk melakukan regenerasi kepemimpinan. Kalau orang itu konsisten dalam memperjuang regenerasi kepemimpinan, maka perubahan itu harus terjadi mulai dari partai.

Mengapa harus mulai dari partai? Regenerasi kekuasaan merujuk pada proses pergantian generasi pemimpin atau kekuasaan politik dalam suatu negara atau organisasi. Partai politik memainkan peran kunci dalam regenerasi kekuasaan melalui berbagai cara, termasuk: seleksi kandidat, pelatihan dan pengembangan kader, penetapan kebijakan partai, pemberian kesempatan kepada generasi muda, transparansi, dan mendorong sistem inklusivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun