Mohon tunggu...
Silvarani
Silvarani Mohon Tunggu... -

Writer: Novel: Ada Apa Dengan Cinta?, Love in Paris, Love in London, Bintang Jatuh, Soulmate On The Backstage, 3 Srikandi, L'Eternita Di Roma, L'Amore Di Romeo, Soulmate on The Backstage, Stories From The Past, Super Didi, and coming soon novels. Non-Fiction: Safe & Fun Traveling to Japan for Girls, 999+ Kosakata Prancis-Indonesia-Inggris

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Kelingking #SchoolFlashFiction

6 Februari 2014   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

12 Tahun yang Lalu....

"Nesya! Nesya! Malik kan suka sama lo?!"

"CIEEEEEEEEEEE! Suit suit suit!"

"Bwahahahahahahaha!"

"Cieeee Maliiiik! Wahahahaha!"

... "Iya kan Lik?! Iya kan lo suka?! Ih mukanya merah! Cieeeeeeeee!"

"Eh eh eh! Di catatan PPKn-nya Malik, ada puisi buat Nesya loh!"

"Wahahahaahaha! Bacain Bay! Bacain!"

"Bacain Bay!"

"Iya sabar sabar! Ribut amat sih lo semua?! Jangan sampe guru tau kita lagi nggak ada guru!"

Darahku seolah naik semua ke ubun-ubun. Dengan langkah gontai, aku berlari meninggalkan ruang kelas 6B. Sekilas aku melirik ke arah Nesya. Wajahnya jadi judes karena diledeki teman sekelas.

Haduh! Dia jadi benci atau jijik sama aku nggak ya?!
***

Aku mengunci diriku di toilet anak cowok. Aku tak tahu harus berlari kemana lagi. Aku benci dengan diriku sendiri. Rasanya aku ingin jadi orang lain saja.

Semua anak laki-laki di kelas 6B nyebelin semua! Aku bener-bener malu sama Nesya. Memangnya kenapa kalau aku suka dia?!

Nesya memang bukan anak yang paling pintar di kelas. Ia juga bukan cewek yang paling pintar di kelas. Akan tetapi, ia termasuk pintar di kelas.

Aku memang bukan yang paling bodoh di kelas. Aku juga bukan cowok yang paling bodoh di kelas. Akan tetapi, aku merasa termasuk bodoh di kelas.
***
"Malik! Coba kamu kerjakan soal KPK dan FPB ini di papan tulis!" saat pelajaran Matematika berlangsung, pak guru memintaku untuk menjawab soal. Saking bodohnya, aku yang sudah maju ke depan kelas tak bisa mengerjakan. Kapur putih yang kugenggam hanya kuputar-putar dengan jari. Hampir lima menit aku termenung.

"Kamu gimana?!" pak guru melotot "Nesya! Coba kamu kerjakan soal di papan tulis!"

"Ehem! ehem! ehem! ehem!" situasi kelas mulai nyebelin karena aku dan Nesya sama-sama berada di depan kelas. Rese banget temen-temen! Pada bengek apa?!

Nesya berdiri di sampingku. Kuberikan kapur papan tulis padanya. Begitu ia menerimanya, ia langsung mengerjakan soal itu. Decitan kapur yang terdengar begitu cepat mengartikan bahwa soal itu mudah baginya. Semakin lancar terdengar, semakin besar rasa maluku.
***
Suatu siang di jam istirahat, aku menghampiri Nesya yang sedang menikmati bekal makanannya. Dua sahabatnya sedang jajan di kantin dan meninggalkannya sendirian. Ini saatnya kudekati dia.

"Eh Nesya! Gue boleh nanya sesuatu nggak?" aku duduk di bangku siswa yang berada tepat di depannya.

"Eh Malik! Kok nggak ikutan anak cowok main bola di lapangan?"

"Males! Pasti disuruh jadi kiper! Terus kalo bolanya lolos, dimarain mulu."

"O gitu.... Oiya, mau nanya apa?"

"Gue bodoh ya?"

"Hah?"

"Iya. Gue bodoh ya?"

"Wah... nggak tau deh. Kenapa mikir gitu?" Nesya mengerutkan alisnya. Hari ini ia mengenakan bandana warna biru muda.

"Liat aja ulangan IPS gue dapet empat!" akuku tak tahu malu "Gue salah jawab ibukota mesir. Gue jawabnya Tripoli. Harusnya Kairo kan? Yang bener cuma jawaban ibukota Indonesia sama beberapa soal pilihan ganda."

Nesya memandangku agak lama. Mungkin ia bingung juga mau ngomong apa. Sampai akhirnya, ia menenangkanku "Mungkin nggak ada orang yang bodoh. Itu cuma masalah rajin atau enggaknya kita. Lo ulang pelajaran aja abis pulang sekolah. Pasti jadi inget di kelas deh!" senyumnya yang menurutku agak manis.

"O gitu ya? Oke. Gue praktekin deh."

"Terus.... Lo jangan nangis di toilet cowok kalo diciein sama temen-temen!"

"Si...apa yang nangis? Gue cuma ngumpet aja!" aku tak terima dibilang nangis.

"Iya. Maksud gue ngumpet. Lo tau nggak, mereka malah seneng tau! Coba besok kalo diciein 'suka ya sama Nesya?', bilang aja: Iya! Emang kenapa?!"
***
Keesokan harinya....

"Nesya! Nesya! Malik kan suka sama lo?!"

"CIEEEEEEEEEE! Suit suit suit!"

"Bwahahahahahahaha!"

"Cieeee Maliiiik! Wahahahaha!"

"Iya kan Lik?! Iya kan lo suka?! Ciiiii~!"

"Iya emang gue suka! Terus kenapa?!" aku mengikuti apa yang Nesya sarankan kemarin.

"Siiiiing...." Suasana kelas menjadi hening.

Namun teman-teman tidak hilang akal. Mereka langsung menanyakan kepada Nesya, "Nesya! Nesya! Malik ngaku kalo dia suka sama lo!"

"Udah tau kok! Terus kenapa?!"

Jawaban Nesya membuat teman-teman bingung. Sebagian ada yang berteriak 'Cieeeee-cieeeee', tetapi yang lainnya diam. Mungkin bagi mereka, jadi tak seru.

Begitu aku melirik Nesya, ia tersenyum sambil mendongakkan dagu. Seolah berkata, "Rencana kita berhasil!". Kau tahu, begitu menyenangkan bisa menghadapi musuh-musuhmu bersama orang yang kau suka.

Sebulan kemudian, EBTANAS tiba. Nesya mau mengajariku tentang aljabar, KPK FPB, mencari luas bangun datar dan volume bangun ruang. Kami sempat sedih karena persahabatan kami terancam terhenti di pintu kelulusan. Aku dan dia tidak bersekolah di SMP yang sama.

Awalnya, kita memang berjanji kelingking akan selamanya menjadi sahabat. Namun yang namanya anak SD? Ya berjalannya waktu kita pun lupa dengan janji kelingking itu.

Ah! Ada-ada saja aku pagi ini. Bisa-bisanya aku teringat dengan salah satu sahabat di masa SDku itu. Ini karena ia meng-Add-ku di facebook. Lebih baik aku cepat-cepat meng-confirm-nya. Karena menurutku, janji kelingking masih berlaku sampai saat ini.
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun