Mendengar kata flexing, sederhananya adalah sudah banyak dibahas pada banyak platform media sosial. Bisa dikatakan flexing diartikan sebagai sebuah kegiatan memamerkan kekayaan untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Kata "flex" juga dapat bermakna sebagai kelenturan otot.Â
Belakangan, kata flexing menjadi populer dalam pengguna media sosial sebagai sebuah aksi kehidupan sosial untuk memalsukan keadaan dirinya untuk diterima pada lingkungan sosialnya.
Dalam perspektif psikologi, perilaku flexing merupakan kegiatan untuk menyombongkan dirinya sendiri untuk mendapatkan perhatian dari lingkungan sosialnya.Â
Kondisi demikian tentunya akan memberikan pengaruh kondisi kesehatan mental seseorang. Salah satu alasannya adalah kondisi memamerkan sesuatu tentunya membutuhkan atensi dari orang lain dan kebutuhan eksistensi untuk menutupi perasaan tidak aman.
Wajarkah perilaku flexing?
Tidak ada yang melarang perilaku flexing sebagai suatu wadah eksistensi diri, namun perlu diketahui bahwa perilaku pamer terhadap beberapa kondisi yang tidak sesuai kenyataan untuk memanipulasi orang lain akan memberikan risiko terhadap kondisi mental individu.
Kondisi gangguan kesehatan mental yang umum terjadi ketika kondisi demikian kita pertahankan sebagai bagian dari kebiasaan perilaku sehari-hari akan menumbuhkan kondisi kurang empati terhadap keadaan sekitar.
Seseorang menjadi mudah narsistik, rendahnya harga diri, mudah diskriminatif, mudah bergantung dengan sudut pandang orang lain, memaksakan diri dengan keadaan, manipulatif, dan kondisi negatif lainnya.
Bagaimana caranya agar kita dapat menyikapi kondisi flexing dengan lebih bijak? Ada beberapa hal yang mungkin dapat kita coba, di antaranya:
1. Tentukan tujuan menggunakan media sosial. Penggunaan media sosial memang telah menjadi kebutuhan bagi manusia dan tidak semua media sosial memberikan dampak yang buruk. Oleh karenanya, dalam memanfaatkan media sosial yang kita miliki, perlu diketahui tujuan dari penggunaan media sosial yang ada.Â
Kondisi untuk menyebutkan pencapaian diri di media sosial bila dikelola secara bijak dan tidak berlebihan dapat memberikan dampak yang baik bagi orang lain dan diri sendiri.