Mohon tunggu...
Silpiah
Silpiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223110028 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

19 November 2024   23:50 Diperbarui: 19 November 2024   23:50 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepa Selira mengajarkan pemimpin untuk memiliki empati, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan bertindak dengan bijaksana berdasarkan pemahaman tersebut. Seorang pemimpin harus bisa merasakan apa yang dirasakan oleh bawahannya.

Implementasi dalam kepemimpinan:

Pemimpin yang mengamalkan ajaran tepa selira akan memperhatikan kesejahteraan emosional dan mental anggota timnya.

Penerapan Ajaran Enam SA dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penerapan ajaran Enam SA dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai dengan mempraktikkan prinsip-prinsip seperti kesederhanaan dalam cara hidup, ketulusan dalam setiap tindakan, dan keberanian untuk berbuat sesuai dengan kebenaran. Pemimpin yang mengamalkan ajaran ini akan mampu menciptakan lingkungan yang transparan, jujur, dan jauh dari praktik korupsi.

Aplikasi Konkret Ajaran Enam SA dalam Sistem Pemerintahan dan Organisasi

Ajaran Enam SA dapat diterapkan dalam berbagai sektor, terutama dalam pemerintahan dan organisasi, untuk mencegah korupsi. Dalam pemerintahan, prinsip-prinsip ini dapat mendorong kebijakan yang lebih transparan dan akuntabel, di mana para pemimpin dan pejabat publik tidak hanya berorientasi pada kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi juga pada kesejahteraan rakyat.

 Penerapan prinsip "Sa-butuhne" (sebutuhnya) dapat mengurangi kecenderungan pejabat untuk mengambil keuntungan lebih dari yang seharusnya, sedangkan "Sa-perlune" (seperlunya) mengingatkan untuk tidak menggunakan anggaran secara berlebihan atau tidak sesuai kebutuhan.

Dalam organisasi, prinsip "Sa-cukupe" (secukupnya) dapat mengajarkan anggota organisasi untuk tidak serakah dan memprioritaskan efisiensi, bukan pemborosan. Selain itu, prinsip "Sa-benere" (sebenarnya) mengajarkan bahwa setiap keputusan dan tindakan yang diambil haruslah berdasarkan pada kebenaran dan keadilan, bukan pada keuntungan pribadi yang merugikan orang lain.

 Ajaran ini sangat mendukung terciptanya budaya kerja yang jujur dan terbuka, yang pada gilirannya mencegah praktik korupsi.

Penerapan prinsip "Sa-mesthine" (semestinya) dalam konteks organisasi berarti setiap individu melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik dan sesuai prosedur yang ada. Prinsip "Sak-penake" (seenaknya) di sini berarti melakukan segala hal dengan cara yang tidak merugikan orang lain, menjaga hubungan baik antara individu dan menjaga keharmonisan dalam organisasi atau institusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun