Seiring dengan kemajuan teknologi, masyarakat kita tidak bisa lagi mengabaikan peran besar yang dimainkan oleh platform belanja online dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena ini hampir sudah menjadi tren di kalangan masyarakat. Salah satu keuntungan utama yang dapat dirasakan adalah kemudahan dan kenyamanan berbelanja tanpa harus meninggalkan rumah. Dengan beberapa kali klik, kita bisa mendapatkan berbagai barang yang kita butuhkan, bahkan yang sulit ditemukan di offline store. Hal ini tentu saja mempercepat dan menyederhanakan proses berbelanja, dan juga memberikan efisiensi waktu yang sangat berharga.
Tentu karena hal tersebut terjadi menyebabkan peningkatan pengguna e-commerce di indonedia. Dilansir dari DataIndonesia.id, berdasarkan sumber data Statista Market Insights, jumlah pengguna lokapasar daring atau e-commerce di Indonesia mencapai 178,94 juta orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut meningkat 12,79% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 158,65 juta pengguna dan terus meningkat hingga saat ini pengguna e-commerce mencapai 196,47 juta sepanjang tahun 2023. Adapun, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa nilai transaksi e-commerce di Indonesia sebesar Rp476,3 triliun pada 2022.
Tidak bisa disangkal bahwa fenomena peningkatan jumlah pengguna e-commerce dari hari ke hari telah menjadi ciri khas masyarakat modern. Setiap hari, semakin banyak orang yang memilih untuk menjelajahi dan memenuhi kebutuhan mereka melalui layanan online ini. Apalagi akibat terjadinya fenomena COVID-19 silam menjadi penyebab utama meningkatnya penggunaan platform belanja online di kalangan masyarakat. Pembatasan sosial dan lockdown memaksa banyak orang untuk mencari alternatif dalam memenuhi kebutuhan tanpa meninggalkan rumah pada saat itu. E-commerce menjadi pilihan yang logis dan aman, menjadi solusi untuk tantangan sehari-hari yang dihadapi selama masa sulit ini.
Apalagi dalam era digitalisasi ini berkat adanya kemajuan teknologi yang menyebabkan segala sesuatu menjadi lebih mudah diakses dan dinikmati oleh semua orang.
Salsa Refalia, seorang mahasiswi dari salah satu kampus ternama turut menyampaikan pendapatnya saat diwawancarai mengenai fenomena berbelanja online ini. Ia mengatakan bahwa dengan adanya platform belanja online seperti Tiktok Shop, Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lainnya sebenarnya membawa pengaruh positif untuk kehidupan karena lebih mudah mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan atau diinginkan tanpa harus berpergian ke luar rumah dan tinggal menunggu barangnya sampai. Apalagi, hal ini semakin menyenangkan mengingat platform seperti itu sering mengadakan promo, terutama pada tanggal kembar seperti event 1.1 kemarin. Dalam hal ini juga berbagai platform kerap menawarkan diskon gratis ongkir yang semakin menggiurkan masyarakat.
Dalam era konsumen yang semakin terkoneksi dan kompetitif ini, tidak dapat disangkal bahwa promosi dan diskon telah menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan berbelanja masyarakat. Fenomena ini menjadi semakin jelas, di mana banyak orang cenderung memilih berbelanja berdasarkan promo. Dapat terlihat bahwa daya tarik promo tidak hanya menciptakan peluang, tetapi juga menimbulkan pertanyaan kritis tentang dampaknya terhadap perilaku konsumen dan ekonomi secara keseluruhan.
Salah satu alasan utama mengapa orang cenderung memilih berbelanja berdasarkan promo adalah tentu saja keinginan untuk menghemat uang. Apalagi, saat ada diskon besar bulanan yang rutin ditawarkan saat angka kembar seringkali menjadi daya tarik kuat bagi konsumen. Dalam kondisi di mana biaya hidup terus meningkat, tidak mengherankan jika orang lebih cenderung memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan produk atau layanan dengan harga yang lebih terjangkau.
Fenomena masyarakat yang berbondong-bondong berbelanja online saat ada promo tanggal kembar adalah cerminan dari keadaan konsumen yang terdapat dalam budaya kita saat ini. Promo tanggal kembar sering dianggap sebagai kesempatan yang langka dan terbatas, menciptakan daya tarik besar bagi konsumen. Masyarakat terdorong untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan diskon atau penawaran spesial yang mungkin tidak tersedia sehari-hari.
Bersumber dari Antaranews.com hasil riset yang telah dilakukan oleh IPSOS Indonesia pada akhir tahun 2021 menunjukkan bahwa promo menjadi faktor terbesar bagi seseorang saat memilih platform e-commerce untuk berbelanja online, yakni sebesar 49% dan berdasarkan data riset yang diikuti oleh 1.000 responden dengan metode online diketahui sebanyak 51% konsumen yang berbelanja di e-commerce adalah discount seekers atau konsumen pemburu diskon yang berbelanja didorong oleh berbagai tawaran promosi.
Namun, perilaku ini juga mengindikasikan ketergantungan pada diskon besar-besaran. Masyarakat mungkin terbiasa menunda pembelian mereka hingga ada promo tertentu, menunjukkan kecenderungan untuk kurang berbelanja saat tidak ada diskon yang menarik. Fenomena ini seringkali juga menciptakan pola pembelian impulsif, dimana orang mungkin membeli barang tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya hanya karena ada diskon atau promo khusus.
Demi menghadapi fenomena ini, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kontrol diri terhadap perilaku belanja. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah apakah barang atau layanan yang dibeli benar-benar diperlukan atau hanya dibeli karena adanya promo. Karena dalam era di mana informasi mudah diakses, promosi tidak hanya tentang diskon atau penawaran harga. Mereka menjadi alat pemasaran yang cerdas untuk menarik perhatian konsumen, menciptakan pengalaman belanja yang menarik, dan membangun kesetiaan pelanggan. Lalu, dengan adanya kemudahan dan keuntungan yang telah dijabarkan sebelumnya, apakah fenomena ini membawa perubahan yang baik untuk ke depannya dalam kehidupan masyarakat?
Penggunaan e-commerce telah merubah cara kita berbelanja secara signifikan, dan dampaknya, baik positif maupun negatif, tampak semakin jelas seiring berjalannya waktu. Dari sisi positif, e-commerce telah memberikan kenyamanan luar biasa kepada konsumen. Dengan hanya meng-klik, kita dapat menjelajahi berbagai produk, membaca ulasan, dan melakukan pembelian tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah. Hal ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga membuka akses ke berbagai barang dan layanan yang mungkin sulit dijangkau tanpa bantuan platform online.
Selain itu, e-commerce telah membuka peluang bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk berkembang. Banyaknya platform e-commerce memungkinkan bisnis dengan skala kecil untuk mencapai pasar global tanpa harus memiliki toko fisik.
Akan tetapi, seperti koin yang memiliki dua sisi, e-commerce juga memiliki dampak negatif yang harus dipertimbangkan. Pertama, risiko keamanan dan privasi menjadi perhatian serius. Karena platform seperti ini pasti cenderung akan melakukan transaksi online, walaupun terkadang ada beberapa toko yang menawarkan fitur COD (Cash On Delivery) tetapi lebih mendominasi menggunakan dompet digital atau e-wallet yang menggunakan data pribadi kita. Dengan berbagai data pribadi dan keuangan yang diunggah ke platform e-commerce, masyarakat harus sangat waspada terhadap potensi pelanggaran keamanan dan penipuan.
Dengan demikian, berbelanja online membawa banyak manfaat, namun tetap penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan dampak-dampak ini dan berusaha menciptakan keseimbangan yang sehat antara kenyamanan berbelanja online dan dampaknya terhadap aspek-aspek lain dalam kehidupan kita.
Penulis:Â Silmi Nurul Avifah, mahasiswi semester 5, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H