Mohon tunggu...
Silmi Hakiki
Silmi Hakiki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan dan Koseling Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Music Enthusiast | Berfikir Global Bertindak Lokal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Layanan Bimbingan Konseling Islam Kepada Mahasiswa Salah Jurusan

28 Juni 2024   22:23 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:30 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

REBT dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memliki tendensi untuk berfikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial. Sedangkan dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) merupakan pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran.

Teori REBT membagi 4 keyakinan yang irasional dan 4 keyakinan rasional sebagai alternatif. Tuntutan merupakan keyakinan irasional yang pertama dan utama. Terdapat 3 macam tuntutan, terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Tuntutan merupakan akar dari munculnya keyakinan irasional yang lain meliputi yakin akan sangat menderita, yakin tidak dapat mentolerir frustasi, dan yakin pasti mengalami depresi. Keyakinan irasional sebenarnya dapat diganti dengan keyakinan rasional ketika individu memiliki keinginan yang tidak dogmatis (lawan dari tuntutan). Keyakinan individu untuk memiliki keinginan yang tidak dogmatis merupakan akar dari munculnya keyakinan rasional yang lain, meliputi: yakin tidak akan sangat menderita, yakin dapat mentolerir frustasi, dan yakin dapat menerima kenyataan.

Pada Rational Emotif Behaviour Therapy (REBT) ini bertujuan untuk menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri individu seperti: cemas, benci, takut, rasa bersalah dan marah yang mengakibatkan individu berpikir irasional dan melatih individu agar mampu menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan dirinya dan kemampuan diri individu. Sedangkan menurut Thahir, tujuan utama konseling dengan pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif.

Pasaribu dan Hilgard berkata bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam individu yang menyebabkan seseorang, melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang tertentu. Sedangkan menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Terdapat beberapa penelitian mengenai keefektifan penerapan pendekatan REBT untuk meningkatkan motivasi belajar yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Yang diantaranya ialah penelitian yang di lakukan Hapsyah, Handayani, Marjo, dan Hanim (2019) dengan judul Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Rational Emotive Behavior Theraphy (Rebt) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar. Hapsyah dkk melakukan penelitian dengan metode kajian pustaka, dimana pastisipan penelitiannya adalah siswa. Hasil penelitian yang dilakukan ialah saat siswa memiliki motivasi rendah maka dengan penggunaan pendekatan REBT dapat menjadikan siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena teori ini memandang manusia adalah makhluk yang memiliki pemikiran rasional dan irrasional. Pikiran rasional berkaitan erat dengan hal-hal positif yang meliputi individu dapat menerima diri sendiri, mampu mengaktualisasikan diri dengan baik, dan dapat memelihara diri dengan baik. Sedangkan pikiran irasional adalah sebaliknya, individu tidak mampu memlihara diri dengan baik, tidak mampu mengaktualisasikan diri dan cenderung memiliki emosi-emosi negatif yang ditampilkan dalam bentuk perilaku negatif.

  • Pendekatan Behavioristik

            Pendekatan dalam layanan konseling merupakan suatu strategi untuk memberikan intervensi kepada konseli. Tujuan yang akan dicapai adalah perubahan pada konseli yang memungkinkan konseli untuk dapat menerima diri (self-acceptance), memahami diri (selfunderstanding), menyadari diri (self-awareness), mengarahkan diri (self-directing), dan aktualisasi diri (self-actualitation). Dalam proses konseling, dimensi perubahan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh konseli-konselor. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan pendekatan dalam konseling, diantaranya adalah karakteristik personal (konseli), karakteristik problem, hingga pada tujuan yang hendak dicapai.

Behavioristik merupakan salah satu pendekatan teoritis dan praktis mengenai model pengubahan perilaku konseli dalam proses konseling dan psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang memiliki ciri khas pada makna belajar, conditioning yang dirangkai dengan reinforcement menjadi pola efektif dalam mengubah perilaku konseli. Pandangan deterministik behavioristik merupakan elemen yang tidak dapat di hilangkan.

Pendekatan behavioristik menekankan pentingnya lingkungan dalam proses pembentukan perilaku. Pendekatan ini bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku bersalah terhadap keadaan, tidak sekedar mengganti simptom yang dimanifestasikan dalam tingkah laku tertentu. Dengan pendekatan behavior, diharapkan konseli memiliki tingkah laku baru yang terbentuk melalui proses conditioning, hilangnya simptom dan mampu merespon terhadap stimulus yang dihadapi tanpa menimbulkan masalah baru.

  • Pendekatan Realitas

Penerapan Konseling realitas bertujuan untuk mengatasi konflik intrapersonal mahasiswa yang salah jurusan. Konseling realitas membantu mahasiswa salah jurusan mampu bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka serta mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna mencapai tujuan mereka. Konseling realitas membantu mahasiswa salah jurusan dalam menentukan dan memperjelas tujuan-tujuan mereka, selanjutnya yang ditentukan oleh mereka sendiri. Hasil dari penerapan konseling realitas dalam membantu konflik intrapersonal pada mahasiswa salah jurusan adalah mahasiswa salah jurusan berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya, mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

Inti konseling realitas adalah menolong konseli yang salah mengambil jurusan di jurusan, mengevaluasi apakah yang konseli inginkan untuk pindah jurusan itu realistis dan apakah perilkunya bisa menolongnya kearah itu. Konseli yang menentukan apakah yang sudah dilakukannya itu bisa membuatnya mendapatkan apa yang konseli kehendaki, dan menentukan perubahan apa, kalaupun ada, apa yang dikehendaki untuk dilakukan. Setelah konseli lakukan penilaian terhadap masalah yang dihadapi konseli, maka konseli dibantu oleh konselor dalam hal mendesain suatu rencana perubahan sebagai cara menterjemahkan perkataan menjadi perbuatan.

  • Pandangan Al-Qur'an lewat QS. Al-Mu'min ayat 60

Salah masuk jurusan kuliah menjadi suatu fenomena yang biasa terjadi setiap tahun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari mengikuti kemauan orang tua, kurang mencari informasi, atau bisa jadi tidak memiliki rencana atau impian masa depan yang jelas. Tapi, tidak jarang juga seorang calon mahasiswa yang awalnya merasa yakin dengan suatu jurusan, tetapi semakin lama ia menjadi ragu setelah diterima di jurusan tersebut dan kadang juga terjadi sebaliknya, yakni ketika mengikuti tes seleksi masuk perguruan tinggi kemudian lolos bukan pada jurusan impiannya. Nah, ketika berada dalam kondisi ini, kamu patut mempertimbangkan banyak hal, jangan hanya karena merasa salah jurusan kemudian kamu memutuskan untuk berhenti atau mungkin menunda kuliah. Salah jurusan kuliah bukan akhir dari dunia, kok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun