Mohon tunggu...
Healthy

Dismenore (Nyeri Haid)

14 April 2019   10:52 Diperbarui: 14 April 2019   11:27 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan wanita yang berusia 12--49 tahun, tidak sedang hamil dan belum menopouse pada umumnya mengalami menstruasi. Pada saat menstruasi masalah yang dialami banyak wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dismenore (dysmenorrhoea). 

Nyeri pada saat datang bulan seringkali dianggap sebagai sesuatu yang 'biasa', padahal dibaliknya mungkin ada masalah yang serius.

Nyeri haid atau secara medis disebut dismenore adalah nyeri pada saat menstruasi pada perut bagian bawah dan pinggang yang banyak dialami oleh wanita. 

Dismenore terjadi beberapa saat sebelum dan/ atau selama menstruasi. . Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual maka istilah dismenorea hanya hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan. 

Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi Pada umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri.

Sebanyak 90% dari remaja wanita di seluruh dunia mengalami masalah saat haid dan lebih dari 50% dari wanita haid mengalami dismenore primer dengan 10-20% dari mereka mengalami gejala yang cukup parah.7 Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap negara mengalaminya.

Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita sehingga tidak dapat mengerjakan sesuatu apapun. Gejala yang dialami saat dismenore diantaranya yaitu nyeri perut bagian bawah disertai kram perut, mual, muntah, merasa lelah, pusing, diare, dan/ atau sakit kepala. Hal ini sangat mengganggu aktivitas wanita sehari-hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja.

Dismenore umumnya dikelompokkan atas 2 kategori, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan pasti penyebab yang mendasarinya, biasanya terjadi sebelum mencapai usia 20 tahun dan muncul 6-12 bulan setelah haid pertama dengan gejala haid nyeri dan tidak ada kelainan dari alat kandungan. 

Dismenore sekunder yaitu jika penyebabnya kelainan kandungan atau patologis, biasanya terjadi setelah 20 tahun, biasanya 30-40 tahun. Dapat timbul keluhan lain seperti nyeri saat berhubungan, haid yang banyak, dan perdarahan setelah berhubungan suami istri.

Faktor yang dapat meningkatkan tingkat keparahan dismenore antara lain yaitu orang yang menarche lebih awal, merokok atau terpapar asap rokok, obesitas, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, kebiasaan memakan makanan cepat saji, stress/ cemas, dan status gizi yang tidak normal.

Untuk mengatasi nyeri haid ini dapat dilakukan swamedikasi (pengobatan sendiri) yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan terapi farmakologis (terapi dengan obat) dan terapi non-farmakologis (terapi tanpa obat). Terapi farmakologis dasar dapat dengan pemberian analgetik (acetaminofen) atau dengan pemberian obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) yaitu aspirin, asam mefenamat, ibu profen, indometasin, dan naproksen yang bisa dibeli di apotek tanpa resep dokter. 

Efek samping yang terjadi karena penggunaan OAINS tidaklah ringan, terutama efek pada saluran cerna, sehingga dibutuhkan pengobatan alternatif lain yang lebih aman. Sl

Sedangkan untuk terapi non-farmakologis terdapat beberapa cara yaitu dengan  kompres dengan botol panas pada bagian yang terasa sakit, mandi air hangat, tidur yang cukup, olahraga, minum minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, memijat daerah perut atau pinggang yang sakit, ambil posisi menungging sehingga rahim menggantung ke bawah dan tarik nafas dalam-dalam untuk relaksasi. 

Selain itu terapi suplemen, terapi akupuntur, terapi tingkah laku, aroma terapi dan terapi herbal seperti jahe merah dan asam jawa.

Jahe merah dapat digunakan bersama asam jawa untuk meredakan nyeri haid. Jahe merah merupakan bahan ramuan lebih dari 50% obat tradisional yang mampu mengatasi kondisi seperti mual, kram perut, demam, infeksi, dan lain-lain. Bagian jahe merah yang digunakan adalah rimpangnya. Rimpang jahe merah mengandung unsur gizi penting seperti kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten dan vitamin C. 

Zat besi yang terkandung dalam jahe merah dapat digunakan untuk mencegah anemia pada saat haid. Sedangkan kalsium dan vitamin C dalam jahe merah berguna untuk menenangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri. Senyawa shogaol dan gingerol juga berfungsi sebagai anti mual.

Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis, salah satunya adalah antiinflamasi (anti peradangan) karena mengandung antosianin yang mampu menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX) sehingga mampu menghambat dilepaskannya prostaglandin Sedangkan bahan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins akan sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan mengurangi tekanan psikis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun