Jantung ini perlahan namun pasti semakin berdegub semakin kencang mana kala aku harus menanggalkan baju juga melucuti kancutku. Udara dingin berhembus menerpa sekujur kulitku. Duh belum-belum kisut duluan.
Setelah semua selesai terlucuti, mulailah ku memasuki ruangan yang penuh dengan uap. (Ih jijay juga nulis ala-ala stensil ternyata ya. Balik nulis normal lagi deh).
Jangan lupa, simpan handphone, kamera, gopro, alat perekam lainnya. Inget ya, dilarang keras tuk colongan-colongan motret apalagi videoin. Cukup siapkan mata, batin, hati serta pikiran jernih kalian saat hendak memulai merebus diri di onsen.
Setelah di dalam onsen, jangan buru-buru nyebur. Kalian harus bersih-bersih dulu atau mandi sekalian biar keringat yang di tubuh hilang semua dan tubuh jadi benar-benar bersih sih sih.
Balik lagi. Setelah selesai mandi, baru deh lanjut ke tempat perebusan. Dan saat itu saya pilih yang lokasinya di outdoor baru selanjutnya pindah ke onsen yang indoor. Dari tempat mandi menuju tempat merebus diri pun nggak perlu tergesa-gesa, apalagi lari-lari. Jalan kalem and santai saja gaes.
Sengaja saya berbugil dan ngonsen malam-malam, maksudnya biar sepi saja. Biar serasa onsen milik pribadi. Tapi ternyata strategi saya meleset. Nggak lama saya berendam, masuklah beberapa remaja (sayangnya) pria dari Jepang (masih SMA lah kira-kira) ke onsen yang sama. Hal ini ketahuan dari bahasa yang mereka gunakan waktu ngobrol satu sama lain. Ya kali mas pakai bahasa ngapak.
Intinya, EMANG GUE PIKIRIN. Terbukti kan, barang made in Indonesia nggak kalah kualitasnya sama barang made in Japan.