Dengan menerapkan metode montessori, membiarkannya mengerjakan pekerjaan rumah hingga tuntas, anak akan mendapatkan momen otoritas terhadap dirinya, membuatnya merasa berhasil dengan menuntaskan pekerjaan tersebut sehingga anak merasa puas terhadap dirinya. Kondisi seperti ini dapat mengurangi potensi tantrum pada anak.
Selain itu, dengan rutin mengajak anak untuk melakukan pekerjaan rumah, kita tidak lagi sibuk mencari mainan untuk anak, yang artinya aman bagi kantong orang tua :)
Meski terdengar mudah, tapi bukan berarti tidak ada tantangan dalam menerapkan proses montessori. Secara natural, kita sebagai orang tua atau orang yang lebih berpengalaman melakukan pekerjaan rumah pasti akan merasa gemas melihat anak mencoba melakukannya sendiri. Saat anak menuangkan susu dan membuatnya tumpah ke lantai, tentu ada perasaan "sini, biar ibu saja" atau keinginan mengkritik anak karena kesalahannya.
Namun yang perlu tanamkan di pikiran kita bahwa anak kita masih kecil, otot-ototnya belum sekuat kita untuk mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Mari bersabar, beri dia waktu yang cukup untuk mencoba, dan cobalah untuk tidak mengkoreksi, menghakimi atau berkomentar terlebih atas kesalahannya. Dorong dia untuk mengatasi kesalahannya dengan solusi dan biarkan dia melakukannya.
Dalam menerapkan montessori ini, mungkin segala pekerjaan akan berjalan lambat, tapi mungkin disanalah poinnya. Dengan mengerjakan segalanya lambat-lambat, kita bisa fokus pada prosesnya, benar-benar memperhatikan gerak anak, dan menghabiskan waktu bersama dengan anak.
Jadi, sebelum bingung memilih sekolah yang baik untuk anak, tidakkah kalian mau mencoba metode satu ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H