Mohon tunggu...
Keiko Kurosaki
Keiko Kurosaki Mohon Tunggu... lainnya -

i'm a girl with a big dream in a litlle chance. menulis adalah hobiku. pacar pertama dan terakhirku. jika diam adalah emas, akan ku ubah menjadi uranium, biar menjadi nuklir. karena sejatinya, diam yang hanya emas adalah diam yang tanpa berfikir, sedangkan diam yang berfikir adalh uranium yang menjadi bahan utama nuklir yang bisa menghancurkan apapun. jadi, berfikirlah dalam diam. jika aku tak bisa melihat dunia, biar dunia yang akan melihatku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Volley is Came ( Cerbung) Bag-1

16 Oktober 2014   19:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nana, apakah ketika lambungmu kosong maka perutmu keroncongan? dan disaat begitu kau masuk angin. Apa yang terjadi?" Pertanyaan sekaligus jawaban buatku.

" Jika kita bisa mengantisipasi hal ini, bukan tidak mungkin beberapa gelembung yang telah lahir bisa kita tanggulangi juga." Katsumoto berujar optimis.

" Aku tidak yakin, dengan apa? apakah mungkin kita menyelam ke dasar laut lalu menutup lubang itu?" Mungkin, wajar pemikiran ini keluar dariku yang hanya mengerti bagaimana menanam dan melestarikan pepohonan hijau.

"Tidak ada yang tidak mustahil bukan"

" Jadi kau benar akan menyelam?" kataku tak percaya.

" Aku tidak bilang begitu, percuma Profesor Nakajima mati dengan cara memenggal lehernya sendiri jika kita harus menyelam ke dasar laut, Nana."

" Apa kau bilang? Paman- mmh.. maksudku Profesor Nakajima memenggal lehernya?" Aku terkejut seketika, pun Katsumoto seolah tersadar akan perkataannya. " Kau bilang dia mengidap penyakit Greust... greust.. apa itu, ah, aku tidak tahu. Lalu sekarang kau bilang dia memenggal kepalanya?" lanjutku masih dengan emosi yang menggelegak.

" Nana, aku maaf, aku tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu." Dia berhenti melangkahkan kakinya di lorong yang mengarah ke ruangan kontrol di laboratorium itu.

"KALAU BEGITU JELASKAN!" Suaraku menggema, diikuti bunyi derit pintu yang terbuka di ujung lorong. Siniji yang mendahului kami tadi keluar, berjalan mendekat.

" Levelnya sudah bahaya." lapornya.

bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun