Mohon tunggu...
Keiko Kurosaki
Keiko Kurosaki Mohon Tunggu... lainnya -

i'm a girl with a big dream in a litlle chance. menulis adalah hobiku. pacar pertama dan terakhirku. jika diam adalah emas, akan ku ubah menjadi uranium, biar menjadi nuklir. karena sejatinya, diam yang hanya emas adalah diam yang tanpa berfikir, sedangkan diam yang berfikir adalh uranium yang menjadi bahan utama nuklir yang bisa menghancurkan apapun. jadi, berfikirlah dalam diam. jika aku tak bisa melihat dunia, biar dunia yang akan melihatku.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Volley is Came ( Cerbung) Bag-1

16 Oktober 2014   19:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nana, jika kau memintaku memanggilmu dengan nama depan, aku harap juga kau begitu." selaku memutus perkataanya.

"Nana, aku sebatang kara di dunia ini. Jikapun aku mati menggenaskan, aku pikir tidak akan ada yang mau meratapiku seperti halnya Profesor Nakajima. Aku lebih bersyukur karena setidaknya, selama aku hidup baik jiwa dan ragaku berguna bagi ilmu pengetahuan." jelasnya diplomatis.

Aku sudah mengira jawaban Katsumoto demikian, hanya saja bukankah jawaban begitu terlalu naif?

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu Mamura, Eh maaf, Nana? Apakah kau mulai jatuh cinta denganku?" Lagi-lagi, dia membuatku tersipu dengan perkataannya.

"Aku punya selera yang tinggi terhadap pria Sano, lelaki kurus-kering bukan tipeku." Mungkin dari mulut aku bisa mengelak, tapi tidak dengan air mukaku.

"Hahaha... kau pintar mengelak ternyata." Tawanya memecah kesunyian tepi dermaga itu sekali lagi. Laboratorium yang cuma diisi oleh beberapa karyawan dari divisiku seperti di hantam badai. Badai degub jantungku, tentunya.

" Permisi, Miss Mamura." seorang Stafku, Siniji, menyela keasyikan kami.

" Ya, ada apa Siniji? Apa kau sudah menemukan sumbernya?" tanyaku mengawali kedatangannya.

" Kami menemukan satu lagi gelembung di sebelah utara Jepang. Kemungkinan ini disebabkan kilang minyak lepas pantai yang sudah tak terpakai namun bekas galiannya tidak di rehabilitasi kembali. Kami ingin anda dan pak Katsumoto memastikan hal yang kami curigai ini." Siniji menyodorkan kepadaku sebuah peta pencitraan satelit dengan koordinat dan titik-titik merah dengan label yang kurang aku tahu.

"Ini bahaya." Katsumoto langsung menyimpulkan tanpa harus lagi mengamati lebih lanjut peta itu.

"Apa maksud Anda Pak Katsumoto? Bukankah itu cuma gas metan yang tidak mematikan?" Jelas Siniji heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun