Pertandingan Marine FC, klub divisi delapan liga Inggris melawan Tottenham Hotspur pada lanjutan FC Cup menunjukkan betapa olahraga tak melulu soal kompetisi dan industri
Rasanya, beberapa tahun kedepan, ingin melihat bagaimana klub tarkam di pelosok desa, bermain melawan mutiara hitam Persipura atau tim besar lainnya, di lapangan milik kelurahan atau desa tepat di belakang perumahan warga. Pemainnya dihuni oleh para buruh pabrik dan pekerja lepas di daerah tersebut. Atau mereka yang tak berkesempatan memiliki pekerejaan sekalipun.
Membayangkan hal itu pada pertandingan profesional di Indonesia barangkali hanya utopia belaka, dan suatu kemustahilan, bila tata kelola liga di Indonesia masih seperti sekarang. Tanpa arah, tak jelas mau seperti apa, seolah tak ada nahkoda. Tampuk kepemimpinan ketua PSSI pun seringkali hanya mesin pencari keuntungan semata. Â
Pertandingan antara tim amatir dari desa dengan klub liga utama adalah harapan saya setelah melihat bagaimana FA Cup mempertemukan Marine FC melawan tim utama liga Inggris Tottenham Hotspur pada putaran turnamen tertua di Inggris itu Senin kemarin.
Pertandingan Marine FC, klub divisi delapan liga Inggris melawan Tottenham Hotspur pada lanjutan FC Cup menunjukkan betapa olahraga tak melulu soal kompetisi dan industri. Ini membuktikan pengelolaan olahraga yang baik dan sungguh-sungguh menghasilkan kompetisi yang menempatkan adanya peluang semua tim untuk bertemu. Lebih dari itu, sepak bola sebagai salah satu olahraga populer menjadi media pembangkit asa dan mendorong suatu komunitas untuk lebih bergairah dalam solidaritas dan ekonomi.
Walau melawat tim dari kasta terendah di Inggris, spurs tetap memaikan pemain-pemain terbaiknya. Mereka sama sekali tak meremehkan tim yang bermarkas di Stadion Rossen Park. Jose Mourinho tetap menghormati lawannya dengan membawa skuad utama di bangku cadangan pemain, tepat di belakang rumah penduduk yang hanya dibatasi oleh dinding pagar stadion.
Sejak awal sudah diprediksi kalau Spurs tak akan kalah. Marine FC tak berhasil melesatkan satu gol pun pada laga itu. Kalah 5-0 bukan membuat mereka kecewa. Sebaliknya, Marine FC sangat bersyukur dan merasa beruntung bisa menjamu finalis Liga Champions dua tahun lalu itu. Klub yang didominasi pemain dari pekerja lepas di Inggris ini meraup  untung besar.Â
Mereka mendapatkan 306.970 pound atau sekitar Rp. 5.85 miliar dari penjualan tiket virtual. Hasil ini tak lepas dari pendukung The Lily Whites di penjuru dunia. Fans spurs membeli 30,697 tiket virtual pada pertandungan itu. Seusai pertandingan, Â tim London Utara itu juga memberikan satu set jersei kepada para pemain Marine FC sebagai kenang-kenangan. Sungguh pengalaman luar biasa bagi Marine FC, walau hanua klub divisi delapan Liga Inggris.
"Absolutely fantastic support. Thank you football world and @SpursOfficial. We will never forget it. Tulis marine dalam akun twitternya"
Gara-gara melawan spurs, mereka mendapat tawaran dari Abbey Construction menjadi sponsor klub. Padahal sebagian besar para pemainnya adalah pekerja, ada yang guru, tukang ledeng, hingga tukang angkut sampah, bahkan ada tukang sampah di jalanan Liverpool.
Bukan tak mungkin hal serupa bisa terjadi di Indonesia. Asalkan ada niat dan keseriusan dari federasi. PSSI tak perlu jauh-jauh meniru liga Inggris. Liga super Malasya atau Thai League bisa dijadikan referensi belajar. Atau Vietnam yang telah membuktikan dirinya di panggung Asia beberapa tahun belakang ini.Â
Juga Myanmar yang perlahan mulai berbenah dengan sepak bolanya. Konsistensi dan niatan baik dari para aktor adalah kunci utamanya. Selanjutnya, para klub juga segenap pecinta bola di tanah air jadi pendukungnya. Niscaya menghadirkan kompetisi yang sehat, berkelanjutan, dapat diwujudkan. Ini tak hanya positif bagi pesepakbola tapi juga akan membantu perekonomian masyarakat menengah ke bawah.
Sebagai informasi, di Inggris sendiri terdapat empat divisi profesional, yang terdiri dari primer league, championship, league 1, dan league 2. Sementara divisi non-league ada sekitar 4-5 kasta. Sehingga dalam sepak bola inggris setidaknya terdapat 8-9 kasta sepakbola. dan itu dimainkan dalam satu musim. Ini tak luput dari pengelolaan yang baik dan konsistensi  dari para pengelola selama bertahun-tahun membangun fondasi yang kuat hingga sekarang, dan menjadikan Liga Inggris sebagai salah satu  liga sepakbola paling kompetitif di bumi ini.
Salam sepak bola
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI