Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terjerat Tuntutan Masyarakat untuk Status "Sukses"

17 Maret 2021   09:19 Diperbarui: 17 Maret 2021   10:00 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Anda yang terjebak dalam "lingkaran setan" bernama tuntutan masyarakat, pernah ga bertanya pada diri sendiri sebenarnya kita ini senang ga menjalani ini semua? Jangan-jangan saking kita fokus mengejar apa yang diinginkan masyarakat justru membuat kita lupa apa yang membuat kita benar-benar bahagia. Kita lupa bahwa diri kita butuh asupan yang pas agar jiwa kita baik.

Tentu akan banyak yang bilang saya terlalu utopis dengan mengatakan jangan kejar kesuksesan dan lakukanlah hal yang terbaik menurut Anda. Tetapi terus-menerus menuruti apa yang kata orang baik dan benar juga bisa membuat anda tidak sehat secara mental. Saya pernah mengalaminya beberapa tahun yang lalu, dan baru-baru ini ada teman yang terjebak dalam lingkaran setan itu.

Saya paham kita hidup ditengah-tengah masyarakat yang memiliki energi meminta yang tinggi. Jadi tidak heran jika subsidi, gratis, dan promo-promo beli sekian dapat sekian atau potongan harga menjadi hal yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia terlebih yang hidupnya diperkotaan seperti saya. Saat saya ke minimarket dekat rumah dan membeli yang memang saya butuhkan tanpa memikirkan promo apa yang sedang berlangsung, disaat itulah pandangan aneh tertuju kepada saya. Kemudian saya dilabeli "sombong" oleh beberapa orang.

Dalam buku Anak Semua Bangsa, Pramoedya Ananta Toer menuliskan "...Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya-masyarakat yang menaikkannya, atau yang membiarkannya naik.... Pohon tinggi dapat banyak angin? Kalau Tuan segan menerima banyak angin, jangan jadi pohon tinggi". Penggalan itu sepertinya pas untuk menggambarkan apa yang saya tulis dari tadi. Tapi kemudian muncul masalah disana, apakah harus tidak menjadi "pohon yang tinggi" untuk keluar dari tuntutan masyarakat? Saya rasa angin kencang tidak harus melulu menerpa pohon yang tinggi, begitu pun tuntutan masyarakat yang tidak mengenal status sosial dan ekonomi untuk menuntut.

Pohon kecil pun bisa memiliki akar yang besar dan kuat dan mampu membuatnya tetap berdiri meski angin besar menerpa. Sebaliknya, pohon besar pun tidak jarang hanya memiliki akar yang tidak cukup kokoh untuk menopang dirinya. Tidak usah angin kencang, angin semilir pun bisa saja merobohkan pohon yang besar itu. Pada akhirnya akar yang kuatlah yang menentukan itu semua.

Apa itu akar? Saya biasanya mengenalnya dengan diri kita yang sebenarnya. Apa itu? Keinginan yang benar-benar diinginkan oleh kita, bukan berdasarkan nafsu kita atau tuntutan dari masyarakat. Apa itu? Saya tidak bisa menjawab karena butuh perenungan terhadap diri sendiri. 

Tenangkan dulu jiwa Anda. Istirahatlah dan beri ruang dan waktu kepada diri anda untuk mengenal diri anda sendiri. Banyak loh yang melupakan siapa diri ini sebenarnya lantaran kita terlalu sering menggunakan persepsi masyarakat tentang definisi "orang baik" sehingga kita lupa untuk menjadi diri yang baik. Saya paham banyak orang yang akan langsung menolak tulisan saya ini. Tetapi inilah catatan yang bisa saya tinggalkan untuk dibaca semua pembaca kompasiana.

Saya bukanlah seorang tokoh yang terkenal atau pemikir yang hebat. Saya adalah diri saya yang bahagia dengan kehidupan saya sekarang. Meski tidak memiliki pekerjaan yang mentereng, pendapatan yang besar, kendaraan yang bagus dan rumah masih mengontrak, tetapi setidaknya itu yang saya inginkan dan saya bersyukur atas semua yang saya miliki sekarang. Karena bersyukur membuat saya mengerti bahwa apa yang ada pada diri saya sekarang ini adalah hal terbaik yang bisa saya punyai. (AWI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun