Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan Tulisan Aku Abadi

21 Desember 2015   15:39 Diperbarui: 21 Desember 2015   15:39 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bagi Bangsa Indonesia. Meski didalam Bangsa Indonesia terdapat banyak bahasa daerah seperti Madura, Jawa, Banjar, dan bahasa-bahasa lainnya. Uniknya bahasa pemersatu ini tak lepas dari banyaknya kata-kata serapan daerah maupun dari luar negeri serta dinamisnya Bahasa Indonesia sebagai sebuah bahasa.

Sebuah bahasa hendaknya harus dimengerti oleh si pengguna (antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca). Sangatlah membingungkan jika ada bahasa yang digunakan namun pendengar/pembacanya tidak mengerti apa maksud dari pembicara/penulis tadi. Meskipun sama-sama menggunakan bahasa yang sama pun belum tentu antara pembicara/penulis dan pendengar/pembaca bisa saling mengerti. Disinilah keunikan bahasa sebagai alat komunikasi duiji.

Kegemaran saya ketika waktu kosong adalah merawat tanaman, ikan (terutama ikan cupang), dan membaca buku. Dari sekian banyak buku yang saya baca ada beberapa buku yang menggunakan bahasa yang cukup tidak mudah dimengerti sehingga buku itu terkesan tidak universal. Malah ada buku yang cenderung ingin terlihat “keren”, “intelek”, dan lain sebagainya padahal menurut hemat saya itu amat kurang bijak.

Dari hobi saya membaca itu saya memberi penilaian buku yang baik itu terbagi menjadi 3 aspek dalam pembuatannya. Yang pertama segmentasi, kemudian universalitas, dan yang terakhir tingkat keterbacaan.

Segmentasi

Segmentasi atau biasa saya bilang pasar (market) adalah tujuan dari si pembuat buku untuk membuat buku itu dengan kelas-kelas tertentu. Maksudnya sebelum menulis buku sebisa mungkin pembuat buku harusnya memikirkan segmentasi atau pasar yang hendak ditujunya. Jika tidak akan susah untuk di “jual” bukunya karena anda akan bingung menentukan bahasa yang digunakan.

Kebanyakan mahasiswa angakatan muda memilih buku-buku yang bahasanya mudah dimengerti, tidak banyak menggunakan bahasa-bahasa ilmiah atau bahasa asing, dan tidak berbelit-belit dalam pembahasan. Berbeda dengan banyak mahasiswa yang sudah tua atau yang memang menyukai bacaan-bacaan yang berbobot berat. Mereka cenderung lebih suka menggunakan bahasa-bahasa yang ilmiah dan berat.

Banyak cara untuk bisa menentukan segmentasi pembaca. Dalam pelatihan kepenulisan yang dibuat oleh Badan Otonom Economica, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, salah satu wartawan Harian Kompas, Wisnu Nugroho (Inu), pernah memberi tips untuk menentukan segmentasi ini. Tips yang Inu berikan adalah pilih 3 orang yang kalian kenal lalu analisis 3 orang tadi. Analisis itu berupa apa yang disukai, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

Setelah menentukan dan menjawab ketiga orang yang menjadi objek segmentasi kita itu, barulah mulai menulis yang sekiranya dimengerti dan membuat ketiga orang itu tertarik dengan tulisan kita. Setelah itu dilanjut dengan edit sana-edit sini sesuai dengan KBBI dan EYD.

Universalitas

Meskipun kalian sudah menentukan segmentasi atau pasar dari tulisan atau buku kalian tetaplah harus memikirkan ke-universal-an dari tulisan. Bagaimanapun masih banyak orang yang ingin membaca meskipun orang itu tidak berpendidikan tinggi. Membaca bukanlah masalah berpendidikan atau tidak melainkan masalah mau atau tidak.

Untuk menjaga tersampaikannya maksud dan tujuan dari kalian yang membaca buku maka sifat universalitas ini harus tetap dipakai. Semisal untuk hal-hal atau bahasa yang bersifat ilmiah dan susah dicerna, maka kalian harus mengartikan maksud dari bahasa kalian itu ke pembaca . Tidak hanya dalam bidang penulisan, ini juga berlaku pada bidang pidato atau berbicara didepan umum.

Meskipun ada segmentasi kalian tidak tahu nantinya siapa yang akan membeli buku kalian. Kalau sesuai dengan segmentasi itu tidak apa-apa, namun jika salah pasar? Bisa-bisa buku anda hanya menjadi tumpukan di buku-buku yang terpinggirkan oleh konsumen buku anda.

Dari banyak buku yang saya koleksi ada sekitar sepuluhan buku saya pinggirkan dan rasanya malas untuk membaca buku itu. Buku-buku itu banyak yang tidak lengkap dan hampir semua memberi porsi yang cukup banyak pada bahasa ilmiah dan kadang tidak pas penggunaannya. Anehnya tulisan semacam itu masaih lolos dari editor penerbit buku.

Tingkat Keterbacaan

Tingkat keterbacaan ini imbas dari segmentasi yang salah dan sifat universalitas yang diabaikan. Penulis biasanya enggan memikirkan siapa yang dituju dan menganggap semua orang itu mengerti bahasanya. Imbasnya jelas tingkat keterbacaan rendah alias pemahaman terhadap isi bacaan sangat minim sekali.

Sayang sekali jika buku yang bagus dan memiliki tujuan mulia namun mentah karena tingkat keterbacaan yang rendah. Apa guna menulis (berbahasa) jika tidak dimengerti orang lain? Bukankah kalian berbahasa untuk media komunikasi dengan orang lain?

 

Saya bukan penulis yang baik, saya pun masih banyak salah dan masih belajar menulis yang baik. Tapi menulis itu setahu saya adalah masalah skill dan pengalaman. Jadi tidak ada larangan bagi saiapapun untuk menulis. Kalian akan dikenang orang jika berbuat sesuatu yang hebat, namun kalian akan abadi dengan tulisan. (AWI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun