Nyatanya PBB tidak mampu menjaga perdamaian dunia dan memilih mager (males/malas gerak/bergerak) ketika negara-negara tertentu diserang atas perintah negara besar. Negara-negara pemegang hak veto tidak bisa melawan negara pemilik hak veto lainnya. Sialnya ketimpangan antara anggota pemegang hak veto dan anggota biasa seolah bukan menjadi sebuah masalah besar.
Imperialisme Modern di Indonesia
Secara sadar oleh banyak orang negara kita ini sedang dijajah. Mungkin kedengarannya kata-kata ini kuno dan hanya bersifat doktrinasi untuk melawan ideologi tertentu. Namun coba lihat bagaimana negara kita dengan mudahnya terpengaruh oleh budaya asing dan menganggap negara asing lebih “wah” dari pada negara sendiri.
Proklamasi sudah 70 tahun lalu dibacakan, disoraki, dan didengungkan dengan kegembiraan. Merdeka! Namun sejatinya bangsa kita belum sepenuhnya merdeka. Simple-nya masih banyak aspek yang belum negara kita penuhi sebagai negara merdeka. Bidang hukum semisal, sampai detik tulisan ini diposting kita masih belum bisa move on dari hukum Kolonial Belanda.
Imperialis modern nampak makin kompleks dibanding imperialisme kuno. Ketimpangan ekonomi, ketimpangan sosial, bullying adalah contoh dampak yang ditimbulkan imperialisme modern. Anak TK yang belum tahu imperialisme begitu hafal mempertontonkan adegan yang dilakukan para kaum imperialis. Imperialisme kini bergeser, dari negara ke negara menjadi dari keluarga ke keluarga dengan person sebagai alatnya. (AWI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H