Mohon tunggu...
Sihabussalam
Sihabussalam Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Al-Quran Tafsir Fakultas Ushuluddin di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Ilmu Al-Quran Tafsir Fakultas Ushuluddin di Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Santri Tradisionalis dan Revisionis: Upaya Membangun Produktivitas di Era Pandemi dengan Trilogi Kompromistis Pesantren

27 Februari 2021   12:12 Diperbarui: 27 Februari 2021   12:26 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara universal trilogi pesantren terdari dari pendidikan, keagamaan, dan sosial. Awal terbentuknya sebagai sarana pembelajaran, pesantren berfokus pada pendidikan yang sebagian besar tumbuh berkembang di pedesaaan dengan tradisi yang sangat kuat. Metode dan sarana pembelajaran harus berdasarkan pada awal berdirinya sehingga tidak diperkenankan masuk unsur-unsur modern. Dapat kita jumpai, sebagian pesantren masih enggan membuka diri untuk melek teknologi dan internet, karena mereka berpandangan hal yang demikian akan mengganggu eksistensi pendidikan pesantren. Santri revisionis lebih membuka diri, mereka melihat aspek pendidikan pada substansinya, apa pun metode dan bagaimana pun caranya yang terpenting adalah tercapainya substansi pendidikan, yakni tidak hanya nilai kognitif melainkan masuk dalam ranah hati. Revisionis menilai semua itu dapat dicapai dengan penyesuaian abad 21, bahkan keadaan saat pandemi sekarang menjadi tantangan untuk memperkuat salah satu trilogi yang pertama itu --akan dijelaskan dipoin selanjutnya-.

Pada bagian yang kedua dari trilogi yaitu keagamaan, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara santri tradisionalis dan revisionis, konsep keagamaan yang ada di pesantren telah diatur dan disebutkan secara rinci dalam agama Islam sendiri. Walaupun demikian, perbedaan yang mendasar adalah prilaku keagamaan mereka.

Dalam kaitannya dengan sosial yang menjadi sumber masalah adalah keadaan lingkungan dan dinamika pesantren sehingga akan berdampak pada prilaku sosial santri. Tiga asumsi di atas menjadi isu yang akan merubah sudut pandang sanri tradisionalis dan rivisionis serta menjadi pembeda dari keduanya, sama halnya dalam masalah sosial, revisionis yang terbuka terhadap teknologi cenderung kualitas sosialisasi akan kalah dengan santri tradisionalis yang sehari-hari bergaul dengan masyarakat.

Santri dan Produktivitas

Produktivitas adalah membuat pilihan yang cerdas dengan energi, fokus, dan waktu untuk memaksimalkan potensi diri serta merai hasil yang bermanfaat (M. Faris, 2016). Pada dasarnya setiap santri memiliki kesempatan yang sama yaitu mempunyai kreativitas dan produktivitas karena dalam diri mereka ada potensi diri, yang membedakan adalah efektifitas energi, fokus, dan waktu yang dikeluarkan oleh santri tersebut. Menurut M. Faris, produktivitas santri mencakup tiga unsur yaitu spritual, fisik, dan sosial.

Secara implisit produktivitas yang digagas oleh M. Faris substansinya mengarah pada penguatan trilogi pesantren. Spritualitas yang dibangun oleh santri seperti dzikir, salat, dan membaca al-Qur'anharus terus mendorong pada produktivitas santri, bukan jadi penghambat. Begitu juga fisik dan sosial. Kebugaran dan kekuatan fisik harus dilatih dan ditingkatkan supaya produktivitas kualitasnya bagus, contohnya, mengatur jadwal tidur, bangun sebelum subuh, olahraga, dan melaksanakan puasa adalah cara yang bisa dilakukan. Sedangkan terkait dengan produktivitas sosial, tradsi menjenguk teman, salat berjamaah, makan bersama, dan kerja bakti, semua itu bentuk dari produktivitas sosial.

Tiga formulasi yang disebutkan di atas secara tidak langsung akan mengalami perubahan di era pademi sekarang dan berimplikasi pada efektifitas dan konsistensi produktivitas santri, terlebih pada bagian produktivitas sosial. Dengan demikian, formulasi tersebut perlu rekonstruksi yang disesuaikan dengan era pandemi saat ini, yaitu adanya trilogi kompromistis pesantren.

Implementasi Trilogi Kompromistis Pesantren untuk Era Pandemi

Kekuatan dan kelebihan abad 21 adalah akses pada satu perkara tidak terlalu sulit, cukup dengan smartphone dan data internet perkara tersebut akan diketahui. Mobilitas masyarakat dan teknologi informasi yang semakin cepat menjadi indikator era sekarang lebih instan dan cenderung mudah. Kelebihan tersebut tatap tidak menafikan kekurangan pada abad sekarang.

Fakta di atas menjadi penyebab perubahan pada trilogi pesantren, yang perlu direspon oleh santri, kelebihannya dapat dijadikan sebagai media atau cara pengutan trilogi tersebut, dan kekurangannya dapat dijadikan pembelajaran untuk menghasilkan cara yang kreatif lahir dari santri, tujuannya untuk menutupi kekurangan tersebut. Dengan demikian, pesantren dan santri tetap menyandang status shlih likulli zamn wa makn. 

Akan tetapi, untuk mencapai cita-cita tersebut perlu adanya usaha yaitu yang disebut dengan trilogi kompromistis pesantren. Trilogi ini merupakan perkembangan dari trilogi pesantren secara umum --pendidikan, keagamaan, dan sosial-, artinya substansi dan ranah yang diperbaiki masih dalam seputar tiga hal tersebut yang membedakan adalah trilogi kompromistis ini lebih bersifat universal sehingga aspek yang dijangkau oleh trilogi kompromistis ini lebih luas. Sederhananya kompromistis dapat diartikan sebagai satu hal yang bersifat kompromi atau melakukan jalan tengah untuk menyelesaikan suatu masalah. Trilogi kompromistis itu adalah independsi, internalisasi, dan integrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun