Mohon tunggu...
Sowi Muhammad
Sowi Muhammad Mohon Tunggu... -

Menulis dengan intuisi tanpa teori

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Karena Jaksa Agung Harus Seret Prabowo Cs

22 November 2014   01:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:10 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prasetyo menambahkan, selain menggandeng aktivis HAM, peran dari DPR, Jajaran Komnas HAM, dan pihak pengadilan, juga sangat diperlukan dalam rangka menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia. "Ini bukan hanya tanggung jawab Kejaksaan, tetapi tanggung jawab kita semua," ucap Prasetyo. (sumber:kompas.com)

Perlawanan dari Prabowo juga sudah terlihat secara nyata usai dilantiknya HM Prasetyo. Simak saja pernyataan Prabowo yang mendukung Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar. Seperti yang saya tuliskan di artikel berjudul 'Otak KMP, Ical Tidak Terbendung di Munas Golkar', Partai Golkar dan Ical adalah kunci penting menjaga solidnya KMP.

Upaya penggalangan dukungan dan kekuatan politik Prabowo juga terlihat dengan pembentukan KMP di DPRD beberapa provinsi. Bahkan di deklarasi KMP DIY, pendukung Prabowo dengan keras meneriakan 'turunkan Jokowi, ganti Prabowo. Memang, KMP tidak hanya menjadi kekuatan Prabowo, partai-partai dalam KMP juga memiliki kepentingan tersendiri dengan kekuatan politi di KMP. Tentunya kerjasama yang saling menguntungkan.

Dari pemaparan diatas, sudah jelas terbaca mengapa Jokowi lebih memilih HM Prasetyo dibanding tokoh lain yang layak menjadi Jaksa Agung. Namun tidak mudah menyimpulkan, apakah tujuan Jokowi menyeret Prabowo itu karena persoalan politik sebagai rival Pilpres atau karena murni karena aspirasi rakyat yang meminta penuntasan pelanggaran HAM yang salah satunya mengarah ke Prabowo.

Yang jelas, tugas HM Prasetyo sebagai Jaksa Agung sangat berat dan menghadapi banyak perlawanan secara politik. Perlawanan itu tidak hanya mengancam Prasetyo, tetapi juga mengancam kedudukan Jokowi. Apalagi masalah HAM juga berkaitan dengan petinggi partai pendukung Jokowi sendiri.

Jika Wiranto, Luhut Panjaitan AM Hendropriono bergabung dengan kekuatan Prabowo tentunya penuntasan pelanggaran HAM kian berat. Bukan tidak mungkin, Jokowi berkompromi dengan pelanggar HAM dan pada akhirnya HM Prasetyo dikorbankan. Dan muaranya, keluarga korban dan pejuang HAM akan kembali gigit jari.

Akhir kata, berhasil tidaknya penuntasan kasus HAM tergantung dari kemampuan politik HM Prasetyo untuk menggalang kekuatan. Jika Prasetyo bisa menggalang kekuatan politik di DPR dan rakyat Indonesia maka kasus HAM masa lalu bisa dituntaskan dan begitu juga sebaliknya. Makanya bukan hal aneh jika posisi Jaksa Agung diberikan kepada seorang politisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun