Bagiku kamu hanya sekedar indah
Sebelum sampai pada akhirnya aku menyadari kamu itu anugerah
Bagiku, namamu adalah rahasia dalam setiap doaÂ
Sebelum sampai pada akhirnya namamu terkuak menjadi paragraf disetiap cerita
Jujur,
Intimidasi selalu saja tak merestui optimismeÂ
Masa kemarin kadang tak sepaham dengan hari esok
Logika sesat kadang membatasi bibir untuk merangkai kata indah untukmu
Tapi kuyakin itu hanya sesat yang sesaat
Aku lebih memilih untuk percaya pada rasa
Aku lebih memilih untuk berserah pada Sang Esa
Aku lebih memilih berseru agar menjadi restu
Sampai nanti kita bisa berbagi waktu sepanjang hari
Menjadi satu daging dalam perkenanan ilahi
Menyatu dalam satu meja makan yang biasa disebut "famili"
Serta bergurau dengan mereka, si buah hati
Tenanglah ini bukan terlena  apalagi gegabah
Tapi aku berserah dalam restu, perkenanan, dan kairos Sang Maha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H