Mohon tunggu...
Sigit Priatmoko
Sigit Priatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Selain sebagai dosen, saya juga sehari-hari sebagai Editor in Chief Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Saya juga aktif dalam komunitas literasi bernama Kita Belajar Menulis (KBM) yang basisnya di Kabupaten Bojonegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Saya Termasuk Dosen Killer?

21 September 2022   17:02 Diperbarui: 21 September 2022   17:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Shock Therapy

Pagi ini, saat mengawali perkuliahan, seperti biasa saya mengajukan beberapa pertanyaan brainstorming di kelas untuk mengetahui kesiapan mahasiswa mengikuti kuliah.

"Teman-teman, seperti yang sudah saya sampaikan minggu lalu, hari ini kita akan mendiskusikan sejarah Pancasila pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi 1998. Minggu lalu saya meminta teman-teman untuk menelusuri informasi tentang tema ini. Apakah semuanya sudah menelusuri dan membaca?" tanya saya.

Hening. Tidak ada mahasiswa yang menjawab satupun.

Akhirnya, saya terpaksa memeriksa mereka secara acak (sampling). Saya bertanya kepada sekitar sepuluh mahasiswa apakah mereka sudah membaca materi kuliah sebelum masuk ke kelas. Semua mahasiswa yang saya tanya tersebut, memberikan jawaban yang sama "Tidak, Pak." Saya pun langsung berpamitan keluar kelas. Kuliah saya bubarkan. Padahal saya baru duduk kurang dari 10 menit.

Saya terpaksa keluar kelas karena memang sudah dua kali kelas tersebut tidak siap mengikuti kuliah. Pada pertemuan kedua, yakni dua minggu sebelumnya, saya masih memberi kelonggaran. Meskipun di awal pertemuan sudah saya sampaikan dengan jelas model perkuliahan yang saya gunakan, yaitu mahasiswa yang memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi kuliah, saya akan memberi penguatan dan pengayaan setelahnya. Sebenarnya, saya tidak meminta muluk-muluk, mereka cukup membaca materi minimal 10 menit saja sebelum masuk kelas.

Dalam hal pengumpulan tugas, saya juga memberlakukan aturan yang mungkin terkesan ketat. Saya tidak memberikan toleransi keterlambatan pengumpulan tugas dalam bentuk apapun, sebab, mahasiswa sudah saya beri alokasi waktu pengumpulan tugas yang cukup panjang. Misalnya, tugas menulis esai, saya beri waktu 2 minggu. Padahal panjang esai hanya 1 halaman penuh kertas A4. Tapi ternyata masih saja ada yang telat.

Mungkin jika dilihat dari perspektif mahasiswa, saya termasuk ke dalam jenis "Dosen Killer". Dosen jenis ini biasanya memiliki ciri-ciri; disiplin, kaku, suka marah, pembelajaran monoton, ketat pada peraturan dan sebagainya. Dosen Killer merupakan dosen yang paling dihindari mahasiswa dan kurang disenangi. Dosen killer juga sering disebut sebagai dosen yang kolot dan gaptek dengan perkembangan zaman.

***

Di Balik Kuliah yang Ketat

Secara pribadi, saya tidak masalah jika memang diberi label sebagai Dosen Killer. Inti dari coretan atau curhatan ini juga bukan itu. Alasan utama saya mewajibkan mahasiswa membaca terlabih dahulu materi kuliah (minimal 10 menit) tidak lain supaya mereka memiliki bekal pengetahuan awal atau prior knowledge (meminjam istilah Gagne) sebelum mengikuti kuliah. Sehingga, mereka dapat langsung nyambung dengan pembahasan materi kuliah. 

Dalam pandangan teori pemrosesan informasi Gagne, proses belajar sejatinya merupakan pemrosesan informasi melalui tiga mekanisme, yaitu input, proses, dan output. Prior knowledge memiliki peran penting bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan baru mereka. Prior Knowledge berperan sebagai fondasi bagi mahasiswa dalam membangun pengetahuan baru. Selain itu, ia juga berfungsi sebaga kaca mata untuk memahami materi yang didiskusikan di kelas. 

Selaras dengan itu, dalam pandangan konstruktivisme, hasil belajar merupakan perpaduan antara pengetahuan awal dengan pengetahuan baru yang peserta didik pelajari. Dalam pandangan teori ini, belajar merupakan proses dimana individu membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru dan pengetahuan lama dengan cara menginterpretasi lingkungan sosial-budaya, fisik, dan intelektual di sekitarnya (Hasanuddin, 2020).

Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk membiasakan mereka membaca. Sebagai akademisi, kemauan dan keterampilan membaca merupakan alat penting yang harus  dimiliki. Kemauan dan keterampilan membaca inilah yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk membangun dan mengembangan nalar kritis mereka.  Jika yang berpendidikan tinggi saja tidak memiliki budaya membaca, bagaimana nanti mereka mampu memberikan kontribusi bagi masa depan bangsa ini?

Keterampilan membaca menjadi modal utama bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan menulis. Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan yang tidak boleh diabaikan oleh mahasiswa. Sejak masuk kampus, sampai nanti mereka lulus, setiap hari akan selalu berurusan dengan dua keterampilan ini. Bagus tidaknya kualitas tulisan, sering ditentukan oleh keterampilan membaca seseorang. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Argumen lainnya mengapa saya menerapkan sistem perkuliahan yang ketat adalah supaya teman-teman mahasiswa tidak terlena dan termanjakan dengan kelonggaran yang diberikan oleh dosen lainnya. Seringkali kelonggaran ini justru disalahgunakan. Misalnya, toleransi keterlambatan dijadikan sebagai alasan utama datang telat. Melalui sistem kuliah yang ketat ini juga, saya ingin melihat siapa saja mahasiswa yang memang benar-benar niat untuk belajar. Bukan sekadar kuliah D3 (Datang, Duduk, Diam).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun