Mohon tunggu...
Sigit Priatmoko
Sigit Priatmoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Pegiat Literasi

Selain sebagai dosen, saya juga sehari-hari sebagai Editor in Chief Madrasah: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Saya juga aktif dalam komunitas literasi bernama Kita Belajar Menulis (KBM) yang basisnya di Kabupaten Bojonegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Saya Termasuk Dosen Killer?

21 September 2022   17:02 Diperbarui: 21 September 2022   17:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selaras dengan itu, dalam pandangan konstruktivisme, hasil belajar merupakan perpaduan antara pengetahuan awal dengan pengetahuan baru yang peserta didik pelajari. Dalam pandangan teori ini, belajar merupakan proses dimana individu membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru dan pengetahuan lama dengan cara menginterpretasi lingkungan sosial-budaya, fisik, dan intelektual di sekitarnya (Hasanuddin, 2020).

Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk membiasakan mereka membaca. Sebagai akademisi, kemauan dan keterampilan membaca merupakan alat penting yang harus  dimiliki. Kemauan dan keterampilan membaca inilah yang dapat digunakan oleh mahasiswa untuk membangun dan mengembangan nalar kritis mereka.  Jika yang berpendidikan tinggi saja tidak memiliki budaya membaca, bagaimana nanti mereka mampu memberikan kontribusi bagi masa depan bangsa ini?

Keterampilan membaca menjadi modal utama bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan menulis. Membaca dan menulis merupakan dua keterampilan yang tidak boleh diabaikan oleh mahasiswa. Sejak masuk kampus, sampai nanti mereka lulus, setiap hari akan selalu berurusan dengan dua keterampilan ini. Bagus tidaknya kualitas tulisan, sering ditentukan oleh keterampilan membaca seseorang. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Argumen lainnya mengapa saya menerapkan sistem perkuliahan yang ketat adalah supaya teman-teman mahasiswa tidak terlena dan termanjakan dengan kelonggaran yang diberikan oleh dosen lainnya. Seringkali kelonggaran ini justru disalahgunakan. Misalnya, toleransi keterlambatan dijadikan sebagai alasan utama datang telat. Melalui sistem kuliah yang ketat ini juga, saya ingin melihat siapa saja mahasiswa yang memang benar-benar niat untuk belajar. Bukan sekadar kuliah D3 (Datang, Duduk, Diam).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun