Shock Therapy
Pagi ini, saat mengawali perkuliahan, seperti biasa saya mengajukan beberapa pertanyaan brainstorming di kelas untuk mengetahui kesiapan mahasiswa mengikuti kuliah.
"Teman-teman, seperti yang sudah saya sampaikan minggu lalu, hari ini kita akan mendiskusikan sejarah Pancasila pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi 1998. Minggu lalu saya meminta teman-teman untuk menelusuri informasi tentang tema ini. Apakah semuanya sudah menelusuri dan membaca?" tanya saya.
Hening. Tidak ada mahasiswa yang menjawab satupun.
Akhirnya, saya terpaksa memeriksa mereka secara acak (sampling). Saya bertanya kepada sekitar sepuluh mahasiswa apakah mereka sudah membaca materi kuliah sebelum masuk ke kelas. Semua mahasiswa yang saya tanya tersebut, memberikan jawaban yang sama "Tidak, Pak." Saya pun langsung berpamitan keluar kelas. Kuliah saya bubarkan. Padahal saya baru duduk kurang dari 10 menit.
Saya terpaksa keluar kelas karena memang sudah dua kali kelas tersebut tidak siap mengikuti kuliah. Pada pertemuan kedua, yakni dua minggu sebelumnya, saya masih memberi kelonggaran. Meskipun di awal pertemuan sudah saya sampaikan dengan jelas model perkuliahan yang saya gunakan, yaitu mahasiswa yang memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi kuliah, saya akan memberi penguatan dan pengayaan setelahnya. Sebenarnya, saya tidak meminta muluk-muluk, mereka cukup membaca materi minimal 10 menit saja sebelum masuk kelas.
Dalam hal pengumpulan tugas, saya juga memberlakukan aturan yang mungkin terkesan ketat. Saya tidak memberikan toleransi keterlambatan pengumpulan tugas dalam bentuk apapun, sebab, mahasiswa sudah saya beri alokasi waktu pengumpulan tugas yang cukup panjang. Misalnya, tugas menulis esai, saya beri waktu 2 minggu. Padahal panjang esai hanya 1 halaman penuh kertas A4. Tapi ternyata masih saja ada yang telat.
Mungkin jika dilihat dari perspektif mahasiswa, saya termasuk ke dalam jenis "Dosen Killer". Dosen jenis ini biasanya memiliki ciri-ciri; disiplin, kaku, suka marah, pembelajaran monoton, ketat pada peraturan dan sebagainya. Dosen Killer merupakan dosen yang paling dihindari mahasiswa dan kurang disenangi. Dosen killer juga sering disebut sebagai dosen yang kolot dan gaptek dengan perkembangan zaman.
***
Di Balik Kuliah yang Ketat
Secara pribadi, saya tidak masalah jika memang diberi label sebagai Dosen Killer. Inti dari coretan atau curhatan ini juga bukan itu. Alasan utama saya mewajibkan mahasiswa membaca terlabih dahulu materi kuliah (minimal 10 menit) tidak lain supaya mereka memiliki bekal pengetahuan awal atau prior knowledge (meminjam istilah Gagne) sebelum mengikuti kuliah. Sehingga, mereka dapat langsung nyambung dengan pembahasan materi kuliah.Â
Dalam pandangan teori pemrosesan informasi Gagne, proses belajar sejatinya merupakan pemrosesan informasi melalui tiga mekanisme, yaitu input, proses, dan output. Prior knowledge memiliki peran penting bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan baru mereka. Prior Knowledge berperan sebagai fondasi bagi mahasiswa dalam membangun pengetahuan baru. Selain itu, ia juga berfungsi sebaga kaca mata untuk memahami materi yang didiskusikan di kelas.Â