Jumat Pagi 6/11 seperti biasa saya berkendara sepeda motor menuju kantor di bilangan Salemba Tengah. Karena kondisi Jl Kalimalang yang sedang dibongkar untuk pembuatan jalur tol, saya memutuskan untuk mencari alternatif jalan lain menuju kantor. Saya menempuh jalur Jl. Pahlawan Revolusi terus ke Jalan Pemuda sampai kemudian ke Jl. Pramuka. Sebenarnya, bukan persoalan jalan-jalan alternatif itu yang penting, tetapi sebuah kejadian biasa, tetapi bagi saya luar biasa, ketika seorang penumpang di sebuah mobil mewah warna hitam tiba-tiba membuka jendela dan membuang sampah di laju jalanan persis di depan sepeda motor saya. Luar biasa bukan???
Persoalan sampah rupanya sudah menjadi permasalahan serius yang juga harus mendapat prioritas penyelesaian. Bukan hanya persoalan "ribut-ribut" antara Pemda Jakarta dan perusahaan pengelola TPA Bantar Gebang, tetapi juga persoalan "budaya" mencintai kebersihan lingkungan. Persoalan edukasi dan habitual berkaitan dengan sampah-menyampah menjadi sangat penting, tetapi juga harus berjalan simultan, tersistem, dan terstruktur. Rumah dan Sekolah yang tak pernah bosan "mengajarkan" tentang cinta lingkungan seolah-olah tanpa guna karena lingkungan sosial dan masyarakat kita belum sepenuhnya sadar tentang perilaku bersih dan sehat tanpa "nyampah".
Ketika saya berkesempatan berkunjung dan tinggal untuk beberapa waktu di Jepang, perilaku terhadap sampah menjadi salah satu kesan yang tidak akan pernah saya lupa. Bagaimana tidak? Baik di sekolah, di tempat wisata, di tempat-tempat fasilitas umum sangat sulit dijumpai adanya tempat sampah, dan pastinya juga tidak dijumpai adanya sampah berserakan. Satu-satunya tempat sampah yang saya jumpai hanyalah di kamar hotel, sehingga dengan sangat terpaksa sampah-sampah kecil yang saya produksi harus saya masukkan tas dan baru bisa dibuang di kamar hotel ketika sore hari.
Minimnya tempat sampah membuat orang-orang jadi "mikir" ketika harus memproduksi sampah, lalu menggunakan berbagai keperluan yang sedapat mungkin minim menghasilkan sampah. Dan ketika tidak ada tempat sampah, orang-orang juga lalu tidak dengan sembarangan membuangnya melainkan menyimpannya. Luar biasa juga bukan???
Mungkinkah budaya seperti itu kita adaptasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H