"Menurut NU berdiri karena Indonesia seperti disinyalir oleh pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari yang menyatakan agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian agama dan keduanya saling menguatkan," ungkap Wakil Sekjen PBNU tersebut.
Selama ini, menurut Sulthonul, yang menjadi pijakan NU memahami prinsip-prinsip dan kondisi di Indonesia terdiri banyak kepulauan, suku, dan bahasa.Â
"Islam sendiri muncul pada generasi ke-3 sejarah Nusantara. Agama pertama yang datang adalah Hindu, Buddha, Islam, baru kemudian Kristen," jelasnya.
Kenapa paham radikalisme atau fundamentalisme agama justru banyak berasal dari Islam Transnasional/Timur Tengah? Sulthonul menjelaskan negara-negara Islam di Timur Tengah dibentuk dari kepentingan negara-negara imperialis Barat seperti Inggris dan Prancis. Berbeda dengan pembentukan negara Indonesia di mana kelompok Islam dan nasionalis berjuang membebaskan diri dari penjajahan kolonial Barat.Â
Lebih lanjut, ia mengatakan orang-orang atau kelompok yang mengaku wakil Islam itu sama sekali bukan orang-orang yang turut mendirikan Indonesia, tapi yang mendirikan Indonesia adalah NU dan Muhammadiyah.
Sulthon menambahkan, NU tidak pernah menyatakan diri atau merasa memberikan hadiah terbesar dari umat Islam bagi Indonesia ketika BPUPK sedang merumuskan dasar negara Pancasila sepakat mencabut tujuh kata yang menyebut kewajiban menjalankan agama berdasarkan syariat Islam.
Semoga bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H