Sumber : Detik.com
Fakta ini salah satu variabel mengapa penyebaran materi hoaks tidak akan sirna begitu saja, mengingat jumlah pengguna internet sangat besar di Indonesia. Selain itu, warganet Indonesia adalah pengguna media sosial cukup besar di dunia.
Saya mencoba menelaah kualitas keaktifan seperti apa, tapi bila mengingat maraknya kabar hoaks sudah bisa ditebak kegiatan paling sering dilakukan adalah "sharing" berita kawan atau dari Whatsapp Grup (WAG). Dari survei Tetra Pak Index sekitar 52 juta pengguna sangat tergila - gila dengan media sosial dengan kegiatan antara lain posting, sharing, atau hanya reading.Â
Kenapa sharing?Â
Untuk memproduksi materi informasi berupa teks atau gambar (image) Â berkualitas memerlukan keahlian dan wawasan tersendiri, kecuali sekedar komentar (comment). Di kolom komentar ini tak jarang kita temui kata - kata mengandung kekerasan non-verbal (contoh : goblok!, Â sumpah serapah lainnya).Â
Menurut laporan UNESCO 2017, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dengan tingkat literasi terendah (sumber: Kompas.com) . Hasil survei seakan mengingatkan kita semua bagaimana literasi kita, apakah warganet bisa memproduksi konten yang positif dan menyaring informasi di timeline medsos secara bijak.
Sinergitas dan Cinta
Kepala Badan Sandi Siber Negara (BSSN), Djoko Setiadi mengatakan, pihaknya melakukan kerjasama dan bersinergi  dengan segenap elemen pemerintah dan penegak hukum, seperti BIN, Cyber Crime Polri untuk memerangi serangan siber, termasuk hoaks.
Silakan yang masih mau sebar - sebar hoaks, kalau ada uang lebih !
Djoko mencontohkan bahaya  serangan siber seperti perang siber pertama,  pihak Rusia menyerang Estonia di tahun 2007. Dimana pihak Rusia menyerang dan melumpuhkan  sistim  dan fasilitas informasi dan komunikasi Estonia.