Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Isu Penjualan Aset Negara, Pembodohan Masyarakat Soal Investasi?

4 Desember 2017   13:26 Diperbarui: 4 Desember 2017   15:51 16436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik masalah secara ekstrim persoalan ekonomi dan investasi demi tujuan politik adalah pembodohan. Pemanfaatan rendahnya literasi keuangan masyarakat kita menjadi komoditas empuk untuk bahan bakar politik seperti halnya rendahnya literasi keagamaan.

Maka tak heran akan selalu ada korban-korban investasi "bodong" dan bisnis Ponzi seperti yang dilakukan Koperasi Pandawa dan First Travel. Elit-elit politik negara ini justru memanfaat kebodohan masyarakat untuk kepentingan sesaat. 

Negara Indonesia didirikan untuk mensejahterakan rakyat, adapun salah satu cara dengan pendekatan ekonomi. Apakah dewasa ini ada teori ekonomi yang diberlakukan mutlak di sebuah negara, baik sistem ekonomi Kapitalis atau Sosialis? Tak satu pun negara yang bisa, Cina yang berideologi Komunis dengan ekonomi Sosialis kini berkompromi dengan paham Kapitalis. 

Amerika sebagai dedengkot Kapitalis, kini juga melakukan proteksi ekonomi dalam negeri. Donald Trump semasa kampanye melontarkan isu penarikan pabrik-pabrik pengusaha Amerika di luar negeri, seperti Apple untuk kembali ke Amerika faktanya juga tidak mudah.

Dalam tatanan ekonomi global saat ini agar bisa "survive" bersaing kuncinya pada kualitas SDM. Hanya negara yang serius menginvestasikan SDM dan riset berkelanjutan yang mampu menjadi kekuatan ekonomi dunia. Negara di Asia yakni Jepang, Korea, Cina yang saat ini adalah beberapa pemain ekonomi terkuat dunia telah melalui itu dan mereka bisa melakukan loncatan katak untuk mengejar ketinggalan.

Fenomena "Post Truth" (seseorang kini dapat merasa benar dengan mudahnya karena dia percaya sesuatu itu benar, tanpa ada kejelasan fakta di dalamnya; I believe therefore i'm right! - Indoneside.com) di kalangan pengguna media sosial turun membuat literasi masyarakat kita makin jatuh. 

Akibatnya dengan mudah kita membenarkan berita-berita tanpa melakukan perbandingan informasi. Konteks nya juga soal isu "penjualan asset negara" oleh pemerintah sudah menjadi kebenaran oleh sebagian masyarakat. Meski disodori dengan fakta-fakta sudah tidak mempan, karena info yang benar bersumber pada keyakinannya, bukan fakta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun