Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kegalauan Industri IT Terhadap Pembocor

26 September 2016   22:21 Diperbarui: 26 September 2016   22:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tak habis-habisnya mantan pakar sekuriti jaringan internet dan bekas karyawan CIA melemparkan kontroversi. Beberapa waktu lalu, Snowden mengomentari produk messaging teranyar dari Google, Allo. Menurutnya produk ini tidak aman, terutama saat kita chat dengan personal assistan di fitur Allo. Kecuali user menggunakan fitur incognito.

Sebagai pakar sekuriti jaringan, Snowden sudah tidak diragukan kapasitasnya. Pengetahuannya sempat dimanfaatkan oleh lembaga keamanan nasional AS (NSA) untuk proyek PRISM untuk pengintaian warga negara AS melalui internet.

Disini Snowden mengalami titik balik dalam hidupnya, akhirnya hengkang dari CIA dan NSA dan membongkar praktek - praktek kotor pemerintah AS terhadap negara sekutunya sendiri. Snowden membocorkan ke publik bahwa pemerintah mematai - matai akrivitas internet dan komunikasi sekutunya di Eropa dan negara lain. Aksi Snowden sempat membuat pemerintah Obama kebakaran jenggot.

Dari sinilah petualangan Snowden sebagai pelarian berlangsung, CIA dan NSA berusaha menangkapnya. Usaha tersebut sia - sia, Uni Soviet bersedia melindunginya dengan janji Snowden tidak membuat malu pemerintah AS.

Meski begitu, Snowden tidak diam, ia mendeklarasikan diri pejuang kebebasan. Di twitter nya Snowden menulis bahwa sekarang bekerja untuk publik, bukan lagi untuk pemerintah.

Pelarian terus berlanjut, Snowden meninggalkan Rusia dan berkelana ke berbagai negara. Kabar terakhir yang dirilis situs Wiki, ia terlihat di Hongkong. Ditengah pelariannya, Snowden menebarkan informasi A1, termasuk praktek penyadapan pemerintah Australia di Istana Kepresidenan RI.

Pembocor rahasia klasifikas A1 tidak hanya Snowden, ada Julian Assange pendiri situs Wikileaks. Situs ini secara khusus menayangkan dokumen - dokumen sensistif dan klasifikasi A1 dan berbagai negara. Seperti halnya Snowden, Paul yang seorang jurnalis asal Australia menjadi incaran pihak berwajib dari berbagai negara.

Aksi Julian terakhir yang menghebohkan adalah penyadapan email internal partai demokrat Turki sebelum aksi pemberontakan militer yang gagal. Snowden sempat mengkritik aksi ini karena dianggap keterlaluan melanggar privacy.

Wikileaks mengumumkan semua data email sampai no handphone dan Kartu Kredit dari korespondensi email partai Demokrat Turki. Paul menuduh balik, Snowden sedang cari muka Hillary Clinton yang diproyeksikan akan menjadi pengganti Obama agar mendapat pengampunan.

Selain kedua pembocor internasional tadi, jagat maya beberapa waktu lalu juga dikejutkan dengan skandal Panama Papers. Sebuah surat kabar di Jerman yang pertama kali menayangkan, lalu diikuti oleh media di berbagai negara.

Menurut catatan situs Wiki, dokumen yang dibocorkan sebanyak 11 juta dokumen yang memuat data 214 ribu perusahaan luar negeri, termasuk data nama pemegang saham dan asal negara.

Kebocoran ini menjadi kehebohan luar biasa sebab data yang dimiliki oleh perusahaan jasa investasi asal Panama itu memuat nama - nama kepala negara dan pengusaha dari berbagai negara. Di Indonesia nama Sandiaga Uno, Ashari Azhar - Ketua BPK , dan banyak nama besar lagi dari kalangan politisi dan pengusaha.

Dokumen ini menjadi sensitif sebab menyangkut cara pemilik uang menghindarkan pajak dari negara asalnya lewat pendirian perusahaan di luar negeri. Korban dokumen ini antara lain PM Inggris, PM Islandia yang mengundurkan diri setelah dokumen ini terungkap.

Lalu siapa pembocor dokumen terbesar setelah Snowden ini? Snowden membocorkan dokumen milik pemerintah sebanyak 200 ribu dokumen, dan masih ada yang masih disimpannya. John Doe adalah sosok yang mengakui telah membocorkan dokumen milik perusahaan Panama, Mossack Fonseca. Motif Doe karena melihat ketimpangan income / penghasilan antara penduduk dunia super kaya dengan yang miskin.

Kabar terakhir, data daftar teroris milik agen pemerintah AS juga telah diretas dan dipublikasikan ke umum, siapa pengungkap data itu masih samar - samar. Konon bukan Snowden lagi pelakunya tapi ada sosok lain yang muncul.

Mengamati kisah - kisah para pengungkap / pembocor / peretas, menunjukkan betapa rentannya keamanan dunia maya. Ibaratnya, tidak ada tembok yang tidak bisa dijebol meski sudah diberi api dan duri. Para pengungkap informasi akan semakin mendapat tantangan baru bila mendapatkan jaringan internet yang sulit dijebol.

Di era eCommerce, muncul situs belanja online dan fintech yang rawan untuk diretas. Kemampuan keuangan yang masih rendah membuat perusahaan start up tidak bisa membiayai keamanan situsnya dengan baik. Modus - modus transaksi palsu akan kian marak.

Peretas tidak hanya mengincar uang tapi juga informasi pemilik uang untuk dipublikasikan. Kegalauan melanda produsen aplikasi sekuriti jaringan untuk meyakinkan klien bahwa produk mereka aman dari pembobol. Tapi keyakinan itu palsu, tidak ada yang bisa menjaminnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun