Mohon tunggu...
Sigit Budi
Sigit Budi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Pembuat konten video, host podcast , selebihnya pengangguran banyak acara

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kegalauan Industri IT Terhadap Pembocor

26 September 2016   22:21 Diperbarui: 26 September 2016   22:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kebocoran ini menjadi kehebohan luar biasa sebab data yang dimiliki oleh perusahaan jasa investasi asal Panama itu memuat nama - nama kepala negara dan pengusaha dari berbagai negara. Di Indonesia nama Sandiaga Uno, Ashari Azhar - Ketua BPK , dan banyak nama besar lagi dari kalangan politisi dan pengusaha.

Dokumen ini menjadi sensitif sebab menyangkut cara pemilik uang menghindarkan pajak dari negara asalnya lewat pendirian perusahaan di luar negeri. Korban dokumen ini antara lain PM Inggris, PM Islandia yang mengundurkan diri setelah dokumen ini terungkap.

Lalu siapa pembocor dokumen terbesar setelah Snowden ini? Snowden membocorkan dokumen milik pemerintah sebanyak 200 ribu dokumen, dan masih ada yang masih disimpannya. John Doe adalah sosok yang mengakui telah membocorkan dokumen milik perusahaan Panama, Mossack Fonseca. Motif Doe karena melihat ketimpangan income / penghasilan antara penduduk dunia super kaya dengan yang miskin.

Kabar terakhir, data daftar teroris milik agen pemerintah AS juga telah diretas dan dipublikasikan ke umum, siapa pengungkap data itu masih samar - samar. Konon bukan Snowden lagi pelakunya tapi ada sosok lain yang muncul.

Mengamati kisah - kisah para pengungkap / pembocor / peretas, menunjukkan betapa rentannya keamanan dunia maya. Ibaratnya, tidak ada tembok yang tidak bisa dijebol meski sudah diberi api dan duri. Para pengungkap informasi akan semakin mendapat tantangan baru bila mendapatkan jaringan internet yang sulit dijebol.

Di era eCommerce, muncul situs belanja online dan fintech yang rawan untuk diretas. Kemampuan keuangan yang masih rendah membuat perusahaan start up tidak bisa membiayai keamanan situsnya dengan baik. Modus - modus transaksi palsu akan kian marak.

Peretas tidak hanya mengincar uang tapi juga informasi pemilik uang untuk dipublikasikan. Kegalauan melanda produsen aplikasi sekuriti jaringan untuk meyakinkan klien bahwa produk mereka aman dari pembobol. Tapi keyakinan itu palsu, tidak ada yang bisa menjaminnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun