"Suasana di kota santri, asyik senangkan hati.
Muda mudi berbusana rapi
Menyandang kitab suci
Hilir mudik silih berganti
Pulang pergi mengaji"
Siapa bilang santri hanya menyandang kitab suci dan mengaji? Tentu tidak. Mengaji hanya satu dari sekian banyak sekali kegiatan santri. Tentu juga tidak hanya mengenai keagamaan. Baik olahraga, sains, penulis, bahkan menjadi jurnalis. Ada untaian menarik dari santri yg cukup menyimpulkan mengapa santri itu kegiatannya banyak sekali dan selalu belajar dari segala hal.
"Apa yg kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan terdapat pendidikan didalamnya"
Baiklah. Saya akan mencoba sharing salah satu kegiatan santri yg saya temukan di Pondok Pesantren Darunnajah Cipining, Jasinga, Bogor. Ketika santri belajar bersosial media, untuk apa? Saat ini, Media sosial sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Tak menutup kemungkinan juga menjadi kebutuhan santri. Santri memanfaatkan sosial media tersebut untuk berkontribusi untuk masyarakat. Seperti memberikan cerita inspiratif, kata-kata motivasi sampai juga dengan hal keagamaan. Seperti berdakwah, informasi hukum islam, ceramah dll.
Hal ini dibuktikan dengan diadakan pelatihan media sosial di wisma Ponpes Darunnajah Cipining pada hari kamis, 23 april 2015. Hadir santri dan ustadz/ustadzah mewakili tiap Ponpes Darunnajah yang memiliki 14 cabang di Indonesia. Kebetulan saya dan tim sosial media, mas Hariqo dan Ratih. Kami bertiga mendapat kesempatan untuk sharing bagaiamana bersosial media dengan baik dengan para santri dan ustadz.
Dalam pelatihan ini, santri yang memang sudah belajar mengenai sosial media akan diajak lebih mendalam. Bukan hanya soal bisa bersosial media, namun harus mengerti bagaimana mengatur konten yang baik, Â cara menyampaikan pendapat termasuk etika yg tidak boleh dilakukan. Tidak hanya belajar teori, santri juga langsung saya dan tim beri kesempatan untuk praktek langsung di dunia maya. Membuat video juga contohnya, santri diwajibkan membuat video durasi 3 menit dengan konten dan gaya yg unik dan menarik.
Dalam materi, sosial media yang diajarkan hanya berupa twitter, youtube, dan facebook. Terdapat juga kompasiana, agar santri juga bisa mengeksplorasi pemikirannya lewat tulisan. Mereka juga harus mempresentasikan mengapa konten, video mereka layak untuk dilihat dan dibaca oleh khalayak.
Walhasil, saya kagum dengan para santri yang menunjukan potensi mereka dan memberikan hasil memuaskan. Tentunya para santri ini selalu menunjukan isi konten yang religius.
Disamping itu, kita tahu bahwa dunia maya saat ini cukup memprihatinkan, terutama disosial media. Dominasi antara konten positif dan negatif seimbang, cenderung negatif lebih mendominasi. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan untuk membentuk para sosial media untuk membuat konten positif. Tentunya agar berdampak positif pula bagi para pengguna media sosial lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H