Mohon tunggu...
Sigit Raharjo
Sigit Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - orang biasa yg sedang belajar menulis,semoga berguna

Orang Biasa saja ....................

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manajemen Bakso serbu

28 November 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Manajemen bakso serbu."

Tulisan ini terinspirasi dari warung bakso yang berjualan di jalan yang biasa saya lalui, pergi dan pulang kantor. saya menamainya "warung bakso serbu", karena harganya cukup murah hanya dengan beberapa lembar ribuan kita sudah dapat menikmatinya. Untuk catatan saja, harga segitu di daerah saya sudah cukup murah dibanding rata-rata bakso lainya. suatu hari saya pulang kantor. Dan saya dipaksa mampir ke warung bakso tersebut oleh hujan yang turun tiba-tiba dengan sangat lebat. Untuk mengusir dingin dan rasa canggung saya memesan satu mangkok bakso.mencoba mencicipinya, ternyata rasanya cukup enak dan cukup ramai pengunjungnya. Kemudian sambil menikmati suap demi suap pikiran saya menerawang seakan akan sedang melakukan wawancara virtual dengan abang tukang bakso itu. Inilah secuil "wawancara virtual ", saya dengan abang tukang bakso itu :

TB = Tukang bakso

Saya :

Mas, kok bisa ya di jaman yang serba mahal ini, mas bisa jual bakso yang murah tapi rasa dan kualitasnya ngak murahan ?

TB :

Wah warung bakso saya ini emang beda mas, warung bakso yang punya "sense of crisis" atau bahasa inggris jawanya "ngerti kahanan lagi rekoso (Ind. Keadaan lagi susah) mas ! jadi manajemen bakso saya ini adalah "manajemen yang care to crisis".

Saya :

(waduh, tukang bakso ngerti manajemen modern dan istilah-istilahnya....) Maksudnya mas.....(pura-pura ngak ngerti padahal gak mudeng) heee heee heee .

TB :

Manajemen saya adalah manajemen yang tanggap sama krisis, Motto saya "ngapain jual mahal kalau yang jual murah aja masih bisa untung" betul to mask ok malah melongo ... to mas ? dan biar mas tau Negara kita ini kan "sense of crisisnya" kepada rakyatnya mas bisa tau sendiri ?

Saya :

Weleh, sok tau kamu. Contohnya coba ?

TB :

Satu contohnya tentang pilkada, udah biayanya muahal buanget janjinya selangit sok bersih, eh ndilalahnya baru dilantik gak sampek setahun udah di jemput KPK (baca:ditangkep) karena korupsi. Kan sia-sia uang rakyat itu mas dihamburkan untuk yang gitu-gitu. Coba dikasih saya untuk modal buka cabang, mungkin di setiap ibukota Negara akan dapat menikmati bakso murah saya dan lagi klo mas pergi ke New York tetep bisa nikmati bakso saya ini mas (he heee heee ). Padahal mereka itu kan dalam rangka mau ngembaliin modal duluan eh udah dikerangkeng. Kan itu namanya manajemen "High cost" kan mas.

Saya :

Wah kamu kok sok keminter dan kemlinti gitu to, kayak orang makan bangku sekolahan saja ! (sebel, krn ilmunya kalah sama TB he heee)

TB :

Jangan salah mas, gini-gini saya ini dari UI lho Mas.

Saya :

(kaget) ....... Lho jebul sampeyan orang kuliahan to ...(melongo).

TB :

Ya, endak mas ! emang yang boleh pakek istilah wong pinter harus orang kuliahan saja. Gini ceritanya mas dulu saya jualan pertama itu di deket kampus UI dan sekarang ini baru buka cabang di sini (he heee heee ). Saya suka ndengerin mahasiswa itu klo lagi ngerumpi sambil makan bakso saya ini, jadi istilah orang-orang pinter ndak asing buat saya mas (begitu ceitanya he hee ).

Saya :

Sontoloyo tenan, sompret, tak kirain anak UI jualan bakso.jebul pernah mangkal deket kampus UI to!. And terus yang lainya apa bukti kalau Negara ini suka menjalankan manajemen "high cost"?

TB :

Lha itu , pemerintah bentar-bentar rombak cabinet, nambah wakil menteri dan sebagainya lha wong Tuhan aja sang super sibuk gak pernah nunjuk wakil ini pinter-pinteran akhirnya apa mas birokrasi kita gendut,ruwet dan un efisien. Alias jauh dari kata maksimal (tul kan mas). Akhirnya uang rakyat hanya habis untuk membiayai PNS yang kerjanya keluyuran di Mall pada jam kerja. Dan pas kerja minta lagi uang sogok dan suap. Apa itu ngak "high cost" mas ?

Saya :

(manggut-manggut pura-pura ngerti padahal agak sedikit bingung heee ....)

TB :

Kalau manajemen saa bertolak belakang sekali mas, dengan manajemen Negara ini.

Saya :

Apa bedanya hayo ....?

TB :

Manajemen saya ini, saya namain "manajemen serbu" lho wong harganya juga Cuma beberapa ribu. Pertama , saya ngak pake babu mas alias semua ini saya kerjain berdua sama adik-adik saya, itu kan udah menghemat biaya. Yang kedua, Visi dan Misi saya adalah bagaimana warung saya ini diserbu terus sama pembeli, makanya saya memakai teknik harga murah tapi kualitas ngak murahan, buktinya mas merem melek ngerasain bakso saya (ngaku aja mas)..... jadi intinya biaya kita buat serendah mungkin tetapi kualitas rasa dan pelayanan sebaik mungkin. Coba Negara ini mau menerapkannya. Apa-apa ngak mahal, pelayanan rakyat kecil cepat dan di jaga kualitasnya, wuah pasti cepet tambah makmur Negara kita mas !

Saya :

wah kamu termasuk orang yang membantu pemerintah meningkatkan gizi masyarakat dengan baksomu ini ya ? tapi saya curiga baksomu ini pake pengawet, atau pake daging ti ****

TB :

Dijamin enggak lah mas, emang bakso saya kayak kasusnya para koruptor yang awet jalan di tempat aja, alias mandeg peti es. Eh giliran diputus pengadilan klo gak putusan bebas, hukuman ringan malah dapat remisi lagi (geleng-geleng kepala). Makanya yang paling awet di negeri ini ya para koruptor, ngak abis-abis yam as. Sekalipun dibentuk "embahnya KPK" sekalipun pasti ndak abis-abis tuh para koruptor. Nah itu mas jelas para koruptor itu yang pake "pengawet", yang efeknya merusak mata dan hati, maksudnya yang rusak mata pencaharian rakyat yang terkena dampaknya dan hati para koruptor yang udah pada kronis klo ngambil uang rakyat ngak kira-kira banyaknya, pake berjamaah lagi dari kakek buyut, cucu, cicit kebagian semua. Dan pengawet tindakan korupsi, buktinya masih ada saja korupsi walau udah ada KPK dan K.. K .... Yang lain.

Saya :

Kamu tau ngak, warung baksomu ini membuat warung bakso lain jadi sepi !?

TB :

Kan kita udah pasar bebas mas, jadi klo kita salah manajemen ya salah sendiri. Tukang bakso juga harus "sevis minded" mas(baca: punya mental melayani). Udah baksonya mahal, kualitas tidak di jaga dan pelayanannya amburadul gak salah kalo warungnya sepi. Tetapi kalo manajemen Negara "high cost dan ngak servis minded" depan istana Negara justru tambah rame terus tiap hari rakyat pada demon karena merasa nasibnya terabaikan minta pemerintah ngak ingkar janji(tul kan mas). Sampek para dokter pun ikutan demo, ngak mau kalah sama yang lain ( Hiii hiiii ..._)

Saya :

Nah gini aja mas, gimana kalo manajemen bakso serbu ini diterapkan oleh Negara ini kamu setuju ndak mas?

TB :

Ya setuju aja mas, saya ndak akan minta royaltinya kok mas biarkan walau sudah saya patenkan. Coba aja kalo biaya pilpresnya murah, pilkadanya murah, belanja pegawainya murah dan effisien, pelayanan public terjangkau. Kan sisa anggaran bisa untuk ngebangun jalan kita yang rusak ini, sekolah ngak banyak yang roboh, bukan malah untuk nambah wakil menteri ato malah plesiran ke luar negeri sama anak istri denga alibi studi banding eh hasilnya nihil ato sisanya dibagi-bagi sama mereka.

Saya :

Wah, kalo saja manajemen Negara kita sepertimanajemenya mas tukang bakso pasti rakyatnya lekas makmur ya mas ?.

TB :

Ya gitu lah mas, saya kan tahu prioritas masa yang harus saya dahulukan dan mana yang tidak boleh di abaikan dan juga mana-mana yang harus diefisiensikan sehingga semua tetap berlangsung dan saya tetep dapat untung.

Saya :

Okelah mas, hujan udah reda terima kasih atas pencerahannya. Saya mau lanjutkan perjalanan pulang dan terima kasih atas waktunya, semoga makin laris baksonya !!

Demikianlah "wawancara virtual" saya dengan mas bakso , dari seorang tukang bakso yang sederhana tetapi saya mendapat banyak sekali kearifan. Memang benar bangsa ini sedang ingin berlari kencang mengejar keetertinggalalnya dan waktu yang telah terbuang.doaku semoga di bangsa ini lahir pemimpin sederhana dengan keinginan sederhana, tetapi memberi dampak yang Luar biasa. Seorang pemimpin yang kaya hati yang tak sudi mencuri harta rakyat sendiri, tetapi yang memberi diri untuk memakmurkan negeri.jayalah indonesiaku Merdeka............Merdeka ...................... Merdeka........................... @salam kompasianer.

Di kamarku, 27 Nopember 2013 pukul 23:30 -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun