Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Iklan TV: Putriku Terlanjur Hafal Lagu Parpol

10 Februari 2016   06:07 Diperbarui: 10 Februari 2016   14:07 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi: telegraph.co.uk"][/caption]

Selasa, tanggal 9 Februari 2016, bertepatan dengan hari Pers Nasional yang di peringati setiap tahunya. Pada tahun ini, acara peringatan hari Pers Nasional di lakukan di Lombok dan di buka oleh Presiden Jokowi. Ada beberapa hal yang disampaikan oleh beliau, diantaranya tentang lagu Nasional yang di tayangkan oleh beberapa statsiun TV. Intinya beliau meminta kepada stasiun televisi di Indonesia untuk menyiarkan lagu-lagu nasional pada jam prime time.

Hal tersebut disampaikan Presiden dalam acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Pantai Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (9/2/2016).

"Di TV misalnya. Saya tidak melihat, saya hanya membayangkan. Setiap jam ada lagu-lagu nasional. Lagu kebangsaan 'Indonesia Raya' yang terus dimunculkan. 'Indonesia Raya', lagu 'Padamu Negeri', sejam lagi 'Garuda Pancasila', alangkah sangat bagusnya," kata Jokowi.

Jokowi berharap agar semua anak Indonesia, dari Sabang hingga ke Merauke akan hafal lagu-lagu nasional, "Bukan bertumpu pada rating," kata Jokowi. Sumber Kompas.com

Senang sekali rasanya, dan tidak berlebihan tentunya jika saya memuji pemikiran-pemikiran beliau yang terkadang kita sendiri tidak pernah memikirkanya. Hal tersebut juga menjadikan bahan untuk melengkapi Artikel yang sudah saya tulis dan mangkrak di Draf dari tanggal 13 januari 2016 22:03:45 Wib, karena binggung mencari endingnya. 

Sebagai seorang ayah, pasti sering mengajak anak bermain. Melakukan hal-hal positif untuk kedekatan bathin antara ayah dan anaknya. Sering juga dikala waktu libur atau senggang mengajak anak menyanyikan lagu yang ia sukai, malah tak jarang saya juga mengajarinya lagu-lagu nasional agar jiwa nasionalismenya tumbah sejak dini.

Ketika  datang hari ulang tahun Kemerdekaan tahun kemarin, saya ajari dia lagu tujuh belas agustus dan nyaris sempurna hafalan yang ia nyanyikan. Senang rasanya ketika ia dengan bangga berani menyanyikan lagu nasional didepan teman sebayanya. Untuk lagu Indonesia Raya, karena agak panjang baitnya jadi saya mengajarinya saat ia hendak tidur atau setelah bangun tidur bahkan dalam perjalanan berangkat ke sekolah juga saya membiasakan sesekali menyanyikan lagu nasional bersama. Jadi selain disekolah saya juga selalu membiasakan agar lagu Nasional juga dinyanyikan dirumah.

Usianya baru empat tahun tujuh bulan, tapi badanya sudah seperti anak usia enam tahun yang sudah masuk sekolah dasar. Ia sedang aktif-aktifnya bertanya, apapun akan ia tanyakan sampai jawaban yang kita berikan dapat memuaskannya. Tak jarang saya dan istri terkadang kerepotan untuk menjelaskan pertanyaan demi pertanyaan yang ia lontarkan setiap harinya.

Pergaulan dengan teman-temanya di Taman Kanak, semangkin membuatnya banyak mendapatkan kosa kata baru serta bahasa gaul  yang terkadang saya sendiri jarang menggunakanya. Anak diusia segitu harus selalu di awasi karena cendrung mencontoh semua hal yang kita atau temanya lakukan. 

Nah bagaimana dengan tontonan di televisi? terkadang sebagai orang tua, kita  tidak bisa juga terus-terusan mengawasi atau mendampingi anak saat menonton televisi. Apapun program acaranya anak usia balita memang harus ada yang mendampinginya. walau di kemas sangat apik tapi masih saja ada beberapa tayangan yang tidak pantas untuk di lihat dan didengar oleh anak yang masih balita. Faktanya lagi, sering sekali anak menonton acara yang digemari oleh ibunya, benar didampingi tetapi acara dewasa yang ia tonton.

Ada lagi seorang ibu yang sedang repot didapur, tidak ingin di ganggu, cara gampangnya si ibu memberi tayangan berupa kartun supaya si anak anteng dan tidak rewel. ini juga masalah, tidak semua film kartun mempunyai edukasi yang bisa di serap oleh anak, nah ini juga masalah bagi kami saat ini. Cara yang sering kami lakukan dengan memberinya mainan, berupa boneka, masak-masakan, dengan cara ini anak bisa terhindar dari menonton TV tanpa pendamping. Si ibu bisa memasak sambil sesekali mengawasinya bermain.

Beberapa bulan belakangan, saya selalu dikejutkan dengan ocehan-ocehan putri saya. Mungkin sahabat kompasianer sering mendengar dan bahkan tak asing lagi dengan iklan yang satu ini "Siapakah Indonesia? Apakah mereka yang terlahir sebagai suku Jawa, Dayak, Papua atau lebih dari 300 suku lainnya? Atau mereka yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Konghuchu dan aliran kepercayaan lainnya?" Penggalan iklan ini yang membuat saya di cecar dengan pertanyaan yang mesti saya jelaskan kepada si kecil, ini berarti putri saya ikut menontron sinetron yang digemari oleh ibunya.

Berapa banyak pertanyaan yang bisa di buat dari penggalan iklan tsb, contoh pertanyaan yang ia lontarkan "Pa 'aliran kepercayaan' itu apa sih?" kalaupun saya jelaskan pasti ia akan binggung, jadi saya harus repot-repot googling mencari arti kata yang sederhana yang mudah dipahami olehnya.

Masih ada satu kejutan lagi, ketika suatu waktu si kecil menyanyikan lagu nasional tapi saya sendiri jarang mendengarnya. Mencoba mendengarkan pelan-pelan, tapi tetap saja saya tidak paham lagu apa itu. kemudian bertanyalah saya kepada si kecil "Kamu nyanyi lagu apa barusan?" lalu ia menjawab dengan santai "Papa nggak tau ya? kan ada di tivi." saya yang kurang puas dengan jawaban si kecil segera bertanya ke istri "Lagu apa sih yang dinyanyikan barusan?" "Itu loh lagunya partai perindo." Saya baru teringat sesekali pernah mendengarnya di TV.

Lagu Partai Politik

Sejauh ini, jarang sekali partai politik mempunyai bentuk lagu Nasional, semenjak kancah politik diikuti oleh pengusaha muda, Hary Tanosubadyo pada tahun 2011 silam. Resmi bergabung dengan partai Nasdem, kemudian pindah ke Partai Hanura  karena perbedaan pendapat di Nasdem dan sekarang telah mendeklarasikan parpol baru yaitu Partai Perindo.

Sejak bergabung di dunia politik, iklan untuk mengkapanyekan visi misi parpol seperti tak ada hentinya tayang sampai saat ini. Mars Perindo hampir sering muncul di iklan TV (MNC Group) miliknya, jadi tak heran jika banyak anak-anak yang hafal betul dengan lirik lagu tsb. Mars Perindo di ciptakan oleh istri HT sendiri, Ibu Liliana Tanaja. setelah googling ternyata ragam respon menanggapi lagu tsb, banyak anak-anak yang suka dengan lagu tsb.

Tidak kita pungkiri semua lagu wajib nasional memang enak didengar serta mudah dihafal. menurut saya sih tidak ada yang salah dengan Mars Perindo karena didalamnya cuma mempromosikan visi misi partai, tapi bagaimana dengan anak-anak yang belum memahami arti dari lagu tsb?

Bagaimana Sebaiknya Respon Orang Tua

Sebagai orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Saya mencoba melakukan penelusuran di Google, hasil penelusuran ternyata ada juga beberapa yang mengkritisi lagu tsb karena berbanding terbalik dengan apa yang terjadi belakangan ini. Saya pribadi terus terang belum bisa memberikan pandangan jika lagu tsb ternyata disukai oleh anak-anak.

Malahan ketika saya coba cari di youtube, berbagai komentar pun muncul. Ada bayi sangat menyukai lagu ini dan dijadikan lagu pengiring tidur. Ini bukan lagu nasional, ini lagu partai politik, jadi apakah baik seorang anak balita menyukai dan menyanyikan lagu parpol yang terhafal secara tidak sengaja? Memberikan pemahaman bahwa lagu yang di nyanyikanya bukan lagu Nasional, hanya itu yang bisa saya lakukan sampai saat ini.

Selain di sekolah, lagu Nasional sebaiknya sering di ulang-ulang agar anak tidak lupa, dan tidak mungkin anak sekarang jarang yang hafal jika di minta untuk menyanyikanya, termasuk saya sendiri hehehe....,

Dulu ketika masih kecil, ditahun 80an, saya sering sekali mendengar lagu Nasional di putar di Radio, baik Indonesia Raya atau lagu Nasional lainya. Menghafal lagu Nasional melalui Radio, dan ketika memasuki masa sekolah, saya tidak lagi mengalami kendala saat harus menyanyikanya. Kini jamanya sudah berbeda, untuk mendengar lagu Indonesia Raya yang di putar di televisi saja jarang, kecuali saat ada perayaan seperti acara memperingati hari kemerdekaan RI. Jika pun ada di putar ditelevisi, muternya saat semua orang sudah tertidur lelap.

Jadi Apa yang di harafkan Pak Jokowi dalam sambutanya pada ulang tahun Pers Nasional, semoga menjadi bahan perbaikan bagi pemilik stasiun televisi. Jangan hanya mengejar rating semata, masyarakat kita sudah jenuh dengan tayangan-tayangan yang mengenyampingkan nilai-nilai edukasi bagi pemirsanya. KPI sendiri seolah hanya menjadi pelengkap saja dari masalah yang selama ini terjadi. Tetap peran orang tua sangat diharafkan dalam kondisi seperti ini, jangan sampai anak-kita menonton tayangan tidak pantas dan tidak ada nilai edukasinya. 

Mudah-mudahan kedepan, bukan hanya mimpi, kita semua bisa mendengarkan lagu-lagu Nasional di putar di televisi, dan bukan tengah malam lagi. Para orang tua dapat memberikan pemahaman bagi balitanya serta anak-anaknya, mana lagu Nasional dan mana yang bukan. walau hampir sama tujuanya, tetapi makna atau arti yang terkandung sangat berbeda.

Lagu anak-anak sudah tergerus oleh lagu-lagu dewasa, masa masih kita biarkan anak-anak kita menyanyikan lagu Parpol. Menanamkan rasa Nasionalisme juga bisa dilakukan dengan cara memperdengarkan lagu-lagu Nasional, film perjuangan, masih banyak cara lain untuk mempertebal rasa Nasionalisme seseorang yang sudah luntur. Semoga keinginan Pak Jokowi bisa terlaksana, saya pribadi menyambut baik jika hal tsb dapat terwujud.

Karawang 20160210

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun