Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Agar Resilience dalam Dinamika Kerja, Ini yang Bisa Diterapkan

20 Mei 2024   09:25 Diperbarui: 21 Mei 2024   09:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi resilience dalam dinamika kerja : Dokumen Foto Via Freepik.com

Kemampuan seseorang untuk tangguh bertahan dan tidak menyerah pada keadaan-keadaan yang sulit dalam dinamika kerja, serta berusaha untuk belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut dan kemudian bangkit dari keadaan tersebut dan menjadi lebih baik, inilah yang dinamakan resilience.

Tidak mudah memang untuk menerapkannya dalam dinamika kerja di lapangan, apalagi bila ketika kita dalam kondisi terpuruk, banyak tekanan kerja, bahkan tekanan batin. Namun demikian, itulah tantangan dinamika kerja yang mesti ditaklukan.

Kalau tidak, maka akan semakin terpuruklah kita kedalam kegagalan dan kegagalan karena meratapi bermacam hal yang membuat kita terpuruk tersebut. Bahkan berdampak pada kekuatan mental kita.

Resilience juga disebut sebagai Ketangguhan dan ketahanan dalam beradaptasi dan berupaya untuk mengatasi masalah keseluruhan yang sedang dihadapi. Ketangguhan tersebut antara lain adalah ketangguhan psikologis, emosional, fisik, dan sosial.

Oleh karenanya, ketangguhan dan ketahanan yang dimaksudkan ini sangatlah penting dalam mendukung daya juang kita dalam menghadapi tantangan dinamika kerja kita di lapangan.

Lantas, apa sajakah cara yang bisa diterapkan untuk menumbuh kembangkan resilience ini dalam dinamika kerja?

Ilustrasi resilience dalam dinamika kerja : Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi resilience dalam dinamika kerja : Dokumen Foto Via Freepik.com

1. Jangan menolak ketika kita diamanahkan tugas baru dengan alasan sulit dan belum pernah mengerjakan.

Ya, menghindari tugas baru atau tugas di luar job desc misalnya, hanya akan mendidik mental kita jadi mental "tempe" alias "cemen". Belum dikerjakan dan dicoba sudah menyerah kalah duluan, belum dilaksanakan sudah bilang sulit, padahal belum tentu seperti itu, tentu saja ini tidak bijak dan hanya akan semakin melemahkan mental saja.

Alangkah baiknya, kalau kita dapat tugas baru meskipun belum pernah kita tahu lebih baik diterima dahulu, lantas setelahnya kita memohon arahan dan bimbingan agar bisa dan terbiasa mengerjakan tugas baru yang diamanahkan tersebut.

Yang jelas, kalau kita semakin menghindari tugas baru tersebut akan membuat kita semakin cemas dan kepikiran, jadi lebih baik terima tantangan tugas baru tersebut, minta tolong dibimbing bila memang kita butuh dibimbing terlebih dahulu. 

kantorpun tak akan ambil risiko melepas begitu saja kalau tugas yang dikerjakan itu baru. Pasti akan memberikan arahan dan bimbingan terlebih dahulu sebelum diamanahkan kepada karyawan.

2. Jangan mudah kapok dan putus asa ketika mengalami kegagalan dan mencari kambing hitam atas kegagalan atau melakukan kesalahan.

Ya, maksudnya di sini adalah, biasakan untuk mencari penyebabnya, kenapa sampai terjadi kegagalan, kenapa kok sampai terjadi kesalahan agar tahu kedepan langkah apa yang menjadi pelajaran penting dalam mengantisipasi dan mengatasi kegagalan.

Biasakan juga untuk berbesar hati untuk bertanggung jawab bila memang terjadi kesalahan, jangan malah mengambing hitamkan kesalahan atas hal lain atau mencari pembenaran agar tidak dipersalahkan.

3. Jangan suka lari dari tanggung jawab bila terbentur kendala masalah, tapi tangguhlah untuk tetap profesional.

Lari dari kendala masalah hanya akan meninggalkan jejak ketidakprofesionalan, dan tentunya hal ini akan mudah terbaca oleh unsur atasan atau manajemen. Sehingga akan berdampak pada penilaian kinerja secara keseluruhan.

Oleh karenanya jangan pernah lari dari masalah, bila berbenturan dengan kendala jangan sungkan untuk sharing dengan atasan dan manajemen, jangan dipendam dan diam lalu lepas tangan. Masalah malah enggak selesai dan bikin kepikiran dan bikin kesehatan mental kena.

Dengan begitu, pihak manajemen dan unsur atasan juga punya kendali terukur untuk membantu menuntaskan atau mengatasi kendala dan masalah yang dihadapi dalam dinamika kerja yang dijalani.

Yang jelas, resilience itu penting untuk bangkit setelah mengalami masa sulit. Karena hal ini adalah kemampuan Anda untuk bertahan menghadapi kesulitan dan bangkit kembali serta tumbuh meski kehidupan sedang mengalami kemerosotan, maka resilience kuncinya.

Nah, demikianlah yang bisa penulis bagikan soal resilience dalam dinamika kerja ini yang memang penuh tantangan ini. Resep ketangguhan ini sangat boleh anda terapkan dalam dinamika kerja masing-masing.

Semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun