Lantas setelah tahu dampak negatif dari perilaku perfeksionis ini, maka solusinya bagaimana?Â
Daripada perfeksionis dalam dinamika kerja lebih baik progresionis, yaitu bagaimana kesemuanya dalam mencapai hasil itu butuh progres sebagai perubahan arah kemajuan.
Perubahan yang progresif sebagai perubahan yang mengarah pada keadaan yang lebih baik, apalagi bagi unsur atasan, maka ini bisa menjadi tempaan dalam menerapkan kepemimpinan progresif, sebagai kepemimpinan yang sadar dan responsif terhadap kebutuhan mendasar.
Yang perlu diketahui juga adalah progres sangat berbeda dengan proses, kalau proses itu adalah suatu langkah atau tindakan yang diambil untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses digunakan dalam berbagai konteks dan dapat merujuk pada tindakan fisik.
Sedangkan Progres itu tidak hanya fokus pada tujuan dan kesempurnaan belaka tapi dijalani atau dilaksanakan saat itu sembari disempurnakan dan dijalani setapak demi setapak kemajuannya.
Nah, kalau sudah mengedepankan progres dari pada perfeksionis begini, maka yang namanya ego dan individualistis pasti dapat dikesampingkan, serta menyadari bahwa perfeksionis itu tidak efektif dalam team work.
Jadi daripada diri tenggelam untuk perfeksionis dalam dinamika kerja yang pastinya akan berdampak negatif dalam team work, maka lebih baik progresionis saja sembari dilaksanakan sembari itu pula untuk disempurnakan.
Jadi bagaimana?
Mau tetap perfeksionis dalam dinamika kerja atau mau progresionis?
Demikian kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.