Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Daripada Perfeksionis Lebih Baik Progresionis

10 Mei 2024   09:41 Diperbarui: 10 Mei 2024   16:53 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar perfeksionis dalam dinamika kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com

Pada faktanya, perilaku perfeksionis kerap berlaku dalam dinamika kerja. Apa-apa kepingin sempurna, maunya sempurna sesuai keinginan sendiri tanpa mempertimbangkan banyak hal.

Padahal semuanya butuh proses dan progres, butuh pertimbangan matang dalam berbagai hal sebelum mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan.

Ya, perfeksionis itu adalah sebutan bagi mereka yang menginginkan standar tinggi dan kesempurnaan dari diri terkait bidang pekerjaannya, hasil kerja, atau tentang orang lain dan diri sendiri.

Dalam perfeksionis ini, setiap orang pasti akan mengerahkan seluruh kemampuannya secara optimal untuk bisa berhasil dan menghasilkan sesuatu yang terbaik dan sempurna. 

Namun sayangnya, sifat tersebut bisa berdampak negatif apabila didorong oleh ketakutan akan kegagalan, maka yang terjadi adalah konflik, baik konflik pada diri sendiri maupun dengan orang lain atau team work.

Pada umumnya ciri-ciri yang melatarbelakanginya diantaranya seperti memiliki standar yang sangat tinggi soal hasil kerja misalnya, sulit menerima saran dan masukan misalnya, anti kritik, dan selalu membutuhkan pengakuan.

Sebenarnya sih, perfeksionis itu awalnya bertujuan baik, yaitu ingin memberikan hasil yang optimal dan maksimal dalam hal pekerjaan.

Namun sayangnya mindset selalu ingin sempurna tadilah yang mengubahnya, sehingga berdampak pada terhambatnya proses untuk bertumbuh kembang, bahkan jadi takut mencoba hal baru karena maunya menunggu sampai sempurna dan selalu dibayangi kegagalan, padahal itu hanyalah soal mentality belaka.

Perfeksionis tentu akan berdampak pula secara team work, baik itu unsur staf maupun unsur atasan. Hal ini karena, masing-masing akan mengedepankan ego.

Perfeksionis akan membuyarkan chemistry dalam membangun kerjasama, sehingga build up yang ada hanya mengedepankan kepentingan individualistis.

Lantas setelah tahu dampak negatif dari perilaku perfeksionis ini, maka solusinya bagaimana? 

Ilustrasi gambar perfeksionis dalam dinamika kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar perfeksionis dalam dinamika kerja | Dokumen Foto Via Freepik.com

Daripada perfeksionis dalam dinamika kerja lebih baik progresionis, yaitu bagaimana kesemuanya dalam mencapai hasil itu butuh progres sebagai perubahan arah kemajuan.

Perubahan yang progresif sebagai perubahan yang mengarah pada keadaan yang lebih baik, apalagi bagi unsur atasan, maka ini bisa menjadi tempaan dalam menerapkan kepemimpinan progresif, sebagai kepemimpinan yang sadar dan responsif terhadap kebutuhan mendasar.

Yang perlu diketahui juga adalah progres sangat berbeda dengan proses, kalau proses itu adalah suatu langkah atau tindakan yang diambil untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses digunakan dalam berbagai konteks dan dapat merujuk pada tindakan fisik.

Sedangkan Progres itu tidak hanya fokus pada tujuan dan kesempurnaan belaka tapi dijalani atau dilaksanakan saat itu sembari disempurnakan dan dijalani setapak demi setapak kemajuannya.

Nah, kalau sudah mengedepankan progres dari pada perfeksionis begini, maka yang namanya ego dan individualistis pasti dapat dikesampingkan, serta menyadari bahwa perfeksionis itu tidak efektif dalam team work.

Jadi daripada diri tenggelam untuk perfeksionis dalam dinamika kerja yang pastinya akan berdampak negatif dalam team work, maka lebih baik progresionis saja sembari dilaksanakan sembari itu pula untuk disempurnakan.

Jadi bagaimana?

Mau tetap perfeksionis dalam dinamika kerja atau mau progresionis?

Demikian kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun