Termasuk kurang piknik karena tahunya hanya kerja, kerja, dan kerja tapi tidak diimbangi dengan aktivitas menyehatkan lainnya dan lebih mengakomodir dampak buruknya.
Anda mengira bahwa dengan hustle culture jadi lebih produktif dalam bekerja, tapi sejatinya tanpa kita sadari yang terjadi adalah sebaliknya.
Coba saja buka faktanya ketika Anda waktunya pulang kerja, eh malah lembur, waktunya liburan eh malah kerja, waktunya istirahat eh malah Anda kerja.
Apakah ini yang namanya produktif? Tentu bukan!
Dampaknya dari hal di atas adalah jadi mudah capek, mudah stres akibat aktivitas sendiri dalam mengakomodir hustle culture yang terlalu berlebihan.
Kesehatan fisik dan kesehatan mental terganggu, karena kurang istirahat, kurang refreshing, otak tegang terus karena tertekan dan berpikir terus, pada akhirnya kena mental dan jatuh sakit akibat kerja, kerja, kerja terus. Kalau sudah begini kan yang jadi kasian keluarga kita dan kita sendiri.
Selain itu Anda jadi enggak punya waktu untuk diri sendiri, jadi jarang banget perhatian pada diri sendiri, olahraga jadi jarang, menekuni hobi jadi jarang, malah jadi kebalikannya kerjaan dijadikan hobi keseharian.
Termasuk hubungan sosial terganggu, karena Anda sudah membuat jarak atau jurang pemisah dengan sesama, jarang ada waktu bercengkerama dengan keluarga, bersosialisasi dengan teman, dan tetangga.Â
Lantas, apa solusi yang bisa diterapkan dalam mengatasi fake productivity ini?
Hanya satu solusinya yaitu, menerapkan flow state.
Flow state adalah suatu kondisi mental di mana kita benar-benar sedang mencapai suatu titik yang teramat fokus dan konsentrasi ketika terlibat dalam berbagai aktivitas yang sedang kita kerjakan.
Mengabaikan distraksi atau situasi teralihkan oleh notifikasi WA, chat, hingga aktivitas enggak penting lainnya yang mengganggu fokus dan konsentrasi.