Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ini Penyebab Fake Productivity dan Solusi yang Bisa Diterapkan

6 Mei 2024   07:26 Diperbarui: 6 Mei 2024   12:23 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar terjebak fake productivity saat bekerja di kantor | Dokumen foto via Freepik.com

Fake productivity adalah kondisi dimana Anda telah merasa melakukan banyak hal dalam bekerja namun hasilnya tidak sesuai ekspektasi yaitu hasilnya sedikit banget dan tidak sesuai waktu yang dihabiskan pada saat dikerjakan, merasa percuma dan enggak produktif.

Apa yang menyebabkan fake productivity ini?

Pertama, terjebak shallow work.

Ya, penyebabnya adalah shallow work, yaitu kondisi dimana pada umumnya ini terjadi secara sadar maupun tidak sadar yaitu, ketika Anda terdistraksi, terkontaminasi, dan teralihkan berbagai hal yang enggak penting saat sedang bekerja atau beraktivitas.

Fokus dan konsentrasi kerja terdistraksi, terkontaminasi, dan teralihkan oleh tindakan multitasking saat bekerja, alias disambi sambil buka notifikasi whatsapp misalnya, disambi chating, disambi terima telpon masuk, dan disambi hal enggak penting lainnya.

Dampaknya adalah, Anda jadi tidak menghasilkan new value. Seharusnya pekerjaan atau produk yang dikerjakan bisa selesai tepat waktu, eh malah enggak selesai karena terdistraksi, teralihkan, dan terkontaminasi hal-hal yang enggak penting. 

Dampak berikutnya juga adalah, jadi terlalu mudah putus asa saat berbenturan dengan kendala dan tantangan, bahkan jadi pesimistis dan gampang menyerah sebelum mengerjakan sesuatu.

Ilustrasi gambar terjebak fake productivity saat bekerja di kantor | Dokumen foto via Freepik.com
Ilustrasi gambar terjebak fake productivity saat bekerja di kantor | Dokumen foto via Freepik.com

Kedua, terjebak hustle culture yang berlebihan.

Ya, ketika mengakomodir hustle culture yang berlebihan, yang terjadi adalah malah kena burn out, stres, kesepian dan terisolasi tanpa sadar, hingga lupa keluarga.

Termasuk kurang piknik karena tahunya hanya kerja, kerja, dan kerja tapi tidak diimbangi dengan aktivitas menyehatkan lainnya dan lebih mengakomodir dampak buruknya.

Anda mengira bahwa dengan hustle culture jadi lebih produktif dalam bekerja, tapi sejatinya tanpa kita sadari yang terjadi adalah sebaliknya.

Coba saja buka faktanya ketika Anda waktunya pulang kerja, eh malah lembur, waktunya liburan eh malah kerja, waktunya istirahat eh malah Anda kerja.

Apakah ini yang namanya produktif? Tentu bukan!

Dampaknya dari hal di atas adalah jadi mudah capek, mudah stres akibat aktivitas sendiri dalam mengakomodir hustle culture yang terlalu berlebihan.

Kesehatan fisik dan kesehatan mental terganggu, karena kurang istirahat, kurang refreshing, otak tegang terus karena tertekan dan berpikir terus, pada akhirnya kena mental dan jatuh sakit akibat kerja, kerja, kerja terus. Kalau sudah begini kan yang jadi kasian keluarga kita dan kita sendiri.

Selain itu Anda jadi enggak punya waktu untuk diri sendiri, jadi jarang banget perhatian pada diri sendiri, olahraga jadi jarang, menekuni hobi jadi jarang, malah jadi kebalikannya kerjaan dijadikan hobi keseharian.

Termasuk hubungan sosial terganggu, karena Anda sudah membuat jarak atau jurang pemisah dengan sesama, jarang ada waktu bercengkerama dengan keluarga, bersosialisasi dengan teman, dan tetangga. 

Lantas, apa solusi yang bisa diterapkan dalam mengatasi fake productivity ini?

Hanya satu solusinya yaitu, menerapkan flow state.

Flow state adalah suatu kondisi mental di mana kita benar-benar sedang mencapai suatu titik yang teramat fokus dan konsentrasi ketika terlibat dalam berbagai aktivitas yang sedang kita kerjakan.

Mengabaikan distraksi atau situasi teralihkan oleh notifikasi WA, chat, hingga aktivitas enggak penting lainnya yang mengganggu fokus dan konsentrasi.

Yang jelas, bila Anda mencapai kondisi flow state ini, maka Anda akan merasakan suatu kondisi di mana mencapai keselarasan hubungan antara tubuh, pikiran, dan tindakan saat bekerja atau beraktivitas.

Efeknya jelas sangat bermanfaat, karena Anda Akan memperoleh kepuasan lebih setelah melakukan aktivitas yang telah di kerjakan dengan selesai. Produktivitas sesuai yang diharapkan atau waktu yang dihabiskan dalam bekerja atau beraktivitas sesuai dengan capaian hasil kerja dan capaian target yang ditentukan.

Dalam bekerja pun, Anda akan sangat termotivasi dan amat bergairah untuk menuntaskan aktivitas yang sedang dikerjakan. Hal ini Karena konsentrasi ataupun fokus jadi meningkat drastis.

Sehingga dapat menghindarkan stres dan rasa cemas.atau mampu mengelolanya dengan bijak, kinerja meningkat dan bisa menciptakan berbagai ide dan inovasi kreatif.

Nah, inilah yang bisa penulis bagikan melalui artikel ini, semoga bisa bermanfaat.

Jadi bagaimana, Anda terkena fake productivity akibat shallow work dan hustle culture yang kebangetan?

Tentu saja flow state yang jadi solusinya.

Demikian artikel ini.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun