Partner kerja bareng old talent apa iya semenyusahkan itu?
Ya, tidak sedikit dari kita yang mengalami kesulitan ketika harus berpartner kerja bareng old talent.Â
Ada yang merasa terkendala karena old talent gampang baperan, terlalu mengatur, maunya mendominasi, selalu unjuk keseniorannya, mempermasalahkan gap usia, enggak bisa terima ketika jadi bawahan, dan sebagainya.
Saya yang masuk kategori young talent pernah mengalami kendala-kendala tersebut. Awalnya saya sulit mengatasi partner kerja saya yang old talent ini. Apalagi pas juga kebetulan beliau adalah bawahan saya.
Semestinya biarpun beliau senior jauh secara usia dari saya, tapi karena secara hierarki organisasi beliau adalah bawahan saya, ya harusnya hierarki bawahan atasan tetap berlaku dong, tapi ini beliau merasa tetap di atas daripada saya, kan enggak bisa begitu, tetap hierarki yang harus berlaku.Â
Sempat hampir frustasi saya untuk mengatasinya, betapa menyusahkannya ternyata berpartner kerja bareng old talent ini.
Namun demikian saya tetap berupaya mencari solusinya terkait bagaimana saya bisa mencapai chemistry dalam berpartner kerja bareng old talent ini.
Lantas apa solusi yang bisa diterapkan?
1. Rebut hati old talent dengan bijak.
Ya, tidak dimungkiri, hati para old talent ini semakin beliau senior usia maka semakinlah juga hatinya peka, halus, dan gampang baperan, bahkan semakin kekanak-kanakan.
Kesenggol dikit aja, eh langsung ngambek. Kepentok dengan tindakan kita yang dianggapnya menyakitinya eh langsung wafer eh baper.
Mengetahui secara umumnya situasi mentality hati dari para old talent ini akhirnya saya tahu solusinya, yaitu bagaimanapun saya harus bisa merebut hati mereka para old talent.
Caranya adalah dengan mengorangkan mereka, dengan menganggap mereka, dan menghargai kesenioran mereka. Dengan begitu akhirnya mereka malah jadi lebih respek kepada kepada saya.
2. Jadilah "bapak" yang baik ketika harus berpartner kerja bareng old talent.
Ya, maksudnya di sini adalah, bagaimana kita bisa "ngemong" para old talent dengan bijak. Jangan sekali-kali memvonis old talent enggak becus kerja, enggak produktif, termasuk mengasari mereka.
Tapi, jadilah young talent yang baik dengan jadi "bapak" yang bijaksana kepada partner kerja kita yang old talent tersebut.
Dengan begitu mereka malah lebih menghargai kita, dan respon mereka lebih bijak dan menyadari bagaimanapun berpartner kerja itu adalah kerja sama yang chemistry.
3. Meskipun partner kerja old talent adalah bawahan kita, harus tetap diperlakukan bijaksana.
Nah, yang sering membuat konflik antara young talent dan old talent itu adalah ketika old talent jadi bawahan young talent.
Disinilah juga yang kerap terjadi ketika young talent jadi atasan old talent, tapi young talent malah terkesan bertindak semena-mena karena mentang-mentang sebagai atasan.
Inilah juga yang menimbulkan masalah kenapa akhirnya old talent itu gampang baperan, terlalu mengatur, maunya mendominasi, selalu unjuk keseniorannya, mempermasalahkan gap usia, dan enggak bisa terima ketika jadi bawahanÂ
Oleh karenanya, meskipun para old talent ini adalah bawahan kita, tapi kita juga harus cerdas dan bijak melihat dengan "kacamata" hati nurani. Karena biar bagaimanapun juga para old talent ini adalah senior secara usia.Â
Pedomani juga prinsip senior dan junior ini dalam dinamika kerja yaitu, "Masa depanmu itu adalah masa lalu saya, jadi hargailah seniormu dengan bijak."
Nah, tiga langkah solusi inilah yang saya terapkan ketika harus berpartner kerja bareng old talent, bahkan old talent yang jadi bawahan saya, dan terbukti berhasil mengatasi masalah yang saya uraikan sebelumnya.
Bagaimana dengan Anda?
Semenyusahkan itukah berpartner kerja dengan old talent?Â
Demikian kiranya artikel ini, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H