Mengetahui secara umumnya situasi mentality hati dari para old talent ini akhirnya saya tahu solusinya, yaitu bagaimanapun saya harus bisa merebut hati mereka para old talent.
Caranya adalah dengan mengorangkan mereka, dengan menganggap mereka, dan menghargai kesenioran mereka. Dengan begitu akhirnya mereka malah jadi lebih respek kepada kepada saya.
2. Jadilah "bapak" yang baik ketika harus berpartner kerja bareng old talent.
Ya, maksudnya di sini adalah, bagaimana kita bisa "ngemong" para old talent dengan bijak. Jangan sekali-kali memvonis old talent enggak becus kerja, enggak produktif, termasuk mengasari mereka.
Tapi, jadilah young talent yang baik dengan jadi "bapak" yang bijaksana kepada partner kerja kita yang old talent tersebut.
Dengan begitu mereka malah lebih menghargai kita, dan respon mereka lebih bijak dan menyadari bagaimanapun berpartner kerja itu adalah kerja sama yang chemistry.
3. Meskipun partner kerja old talent adalah bawahan kita, harus tetap diperlakukan bijaksana.
Nah, yang sering membuat konflik antara young talent dan old talent itu adalah ketika old talent jadi bawahan young talent.
Disinilah juga yang kerap terjadi ketika young talent jadi atasan old talent, tapi young talent malah terkesan bertindak semena-mena karena mentang-mentang sebagai atasan.
Inilah juga yang menimbulkan masalah kenapa akhirnya old talent itu gampang baperan, terlalu mengatur, maunya mendominasi, selalu unjuk keseniorannya, mempermasalahkan gap usia, dan enggak bisa terima ketika jadi bawahanÂ
Oleh karenanya, meskipun para old talent ini adalah bawahan kita, tapi kita juga harus cerdas dan bijak melihat dengan "kacamata" hati nurani. Karena biar bagaimanapun juga para old talent ini adalah senior secara usia.Â
Pedomani juga prinsip senior dan junior ini dalam dinamika kerja yaitu, "Masa depanmu itu adalah masa lalu saya, jadi hargailah seniormu dengan bijak."